Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksara Makassar Kuno: Sejarah dan Penggunaan

Kompas.com - 22/11/2023, 18:23 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aksara Makassar Kuno adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang pernah digunakan di Sulawesi Selatan untuk penulisan bahasa Makassar sejak abad ke-17 hingga abad ke-19.

Aksara Makassar terdiri dari 18 huruf aksara dasar.

Bedanya dengan aksara lain, Aksara Makassar Kuno ditulis tanpa jarak atau spasi antarkata dengan tanda baca yang juga minimal.

Baca juga: Aksara Nagari: Sejarah dan Perkembangannya

Sejarah

Sejumlah ahli meyakini bahwa Aksara Makassar Kuno sudah digunakan sejak sebelum Sulawesi Selatan mendapat pengaruh Islam sekitar abad ke-16.

Aksara ini dipercaya berakar pada aksara Brahmi dari India Selatan yang kemungkinan dibawa ke Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.

Teori serupa juga dikemukakan oleh Christopher Miller yang berpendapat bahwa Aksara Makassar Kuno merupakan hasil perkembangan dari Aksara Gujarat, India.

Salah satu tulisan beraksara Makassar Kuno yang masih bertahan sampai saat ini adalah tanda tangan para delegasi Kerajaan Gowa dalam Perjanjian Bongaya dari tahun 1667 yang saat ini disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Sementara itu, salah satu naskah beraksara Makassar yang paling awal dan masih bertahan sampai sekarang adalah kronik Gowa-Tallo dari pertengahan abad ke-18. Naskah ini disimpan di Koninklijk Instituut voor de Tropen (KIT), Amsterdam (no. koleksi KIT 668/216).

Namun, dalam perkembangannya, penggunaan Aksara Makassar Kuno berangsur-angsur mulai tergantikan dengan Aksara Lontara Bugis yang bagi penulis Makassar kadang dirujuk sebagai lontara baru.

Baca juga: Aksara Pallawa, Aksara Pertama yang Dikenal Bangsa Indonesia

Penggunaan

Umumnya, Aksara Makassar Kuno digunakan dalam teks yang sebagian besar ditulis dalam manuskrip atau naskah kertas.

Naskah beraksara Makassar sering memiliki banyak kerancuan kata yang hanya dapat dibedakan melalui konteks.

Untuk bisa membaca naskah beraksara Makassar, alangkah lebih baik jika para pembaca memiliki pemahaman awal memadai mengenai bahasa dan isi naskah yang bersangkutan agar naskah dapat terbaca dengan baik.

Kendati demikian, terkadang konteks pun juga tidak menjamin para pembaca untuk bisa mengungkap bagaimana cara baca kalimat yang rujukannya tidak diketahui lebih dulu.

Contoh kerancuan Aksara Makassar adalah:

Latin Arti
a'betai  ia menang
ambetai ia mengalahkan

Dua tulisan latin di atas memiliki kesamaan cara baca.

Oleh sebab itu, apabila pembaca tidak memiliki pemahaman awal mengenai Aksara Makassar atau konteks dari naskah itu, besar kemungkinan akan kebingungan mengartikan teks yang ia baca.

Bahkan pembaca paling mahir pun sering perlu berhenti sejenak untuk menginterpretasikan apa yang ia baca.

 

Referensi:

  • Cummings, William P. (2007). A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq. KITLV Press.
  • Jukes, Anthony. (2019). A Grammar of Makassar: A Language of South Sulawesi, Indonesia. Brill.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com