Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Angka dan Kehidupan

Kompas.com - 10/10/2023, 08:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA suka mendengarkan lagu "Mata kimi ni koi shiteru" yang dinyanyikan oleh Sakamoto Fuyumi. Terjemahan bebasnya kira-kira, jatuh cinta lagi kepadamu.

Sebenarnya ini bukan lagu baru. Billy Ban Ban menciptakan dan menyanyikan lagu ini tahun 1986, sudah populer saat itu.

Dibandingkan grup yang menyanyikan pertama kali, saya merasa Sakamoto Fuyumi mampu membawakan lagu ini menjadi lebih "hidup".

Suaranya bisa menggetarkan hati, ditambah lagi pendengar bisa lebih menikmati syair lagu, dan terbawa pada suasana yang diceritakan.

Saya tidak bosan untuk mendengarkan, bahkan menyanyikannya. Musiknya, mampu membuat saya untuk menikmati kehidupan.

Angka

Saat ini, dan terutama beberapa bulan ke depan, dapat dipastikan bahwa kita akan dibanjiri dengan "angka" yang berhubungan dengan Pemilu.

Contohnya, jika si A berpasangan dengan si B, maka kemungkinan menang sekian persen. Atau hasil survei dari lembaga Z menyatakan elektabilitas A teratas dengan angka sekian persen, B sekian persen, C di posisi bontot dengan sekian persen.

Belum lagi perdebatan mengenai angka. Para pakar sudah dipastikan menggunakan angka yang sama dalam berbagai kesempatan. Entah itu perdebatan di televisi, media penyiaran daring dalam bentuk streaming, juga melalui tulisan.

Tidak ketinggalan, masyarakat tentu membicarakan angka ini saat kongko di warung-warung kopi, dalam perjalanan ke kantor, maupun saat jam makan siang.

Bisa jadi mereka membicarakannya ketika bertemu rekanan, perjalanan pulang ke rumah, bahkan dalam keluarga.

Angka memang mempunyai daya magnet tersendiri. Hasil jajak pendapat yang berhubungan dengan pemilu, biasanya dipaparkan secara simpel, dengan besar kecilnya angka. Ini pasti amat disukai oleh masyarakat.

Pada zaman kiwari, orang lebih suka pada hal-hal praktis, bukan pada hal yang perlu pemikiran lebih lanjut.

Orang yang melihat atau membaca hasil survei, dengan mudah menganggap bahwa angka besar (hasil survei dengan persentase besar), lebih superior dibandingkan dengan angka yang lebih kecil.

Mereka yang membaca hasil survei tidak ambil pusing tentang bagaimana survei itu dilakukan. Boleh jadi mereka juga tidak mengerti secara lebih mendalam, bagaimana proses penghitungannya.

Misalnya tentang bagaimana dan di mana sampel itu diambil. Siapa saja yang ditanyai, bagaimana profesi mereka, berapa umurnya, asal daerah (kelahiran), dan lain-lain yang tentunya mempunyai pengaruh besar terhadap hasil survei.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com