KOMPAS.com - Prasasti Batutulis ditemukan di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Prasasti yang hingga kini dibiarkan di tempatnya semula (in situ) merupakan peninggalan Kerajaan Sunda Pajajaran dari abad ke-16.
Berikut ini isi Prasasti Batutulis Peninggalan Kerajaan Pajajaran.
Baca juga: Prasasti Dalung, Peraturan Sultan Banten untuk Lampung
Prasasti Batutulis pertama kali ditemukan pada 25 Juni 1690 oleh pasukan VOC pimpinan Kapiten Adolf Winkler.
Setelah itu, beberapa laporan ekspedisi VOC juga menyebut tentang keberadaan prasasti ini.
Sejak masa pemerintahan Thomas Stamford Raffless (1811-1816), mulai muncul kajian mengenai isi Prasasti Batutulis.
Dalam bukunya, Raffles membicarakan Prasasti Batutulis dengan disertai sebuah faksimile.
Setelah itu, muncul tulisan-tulisan mengenai Prasasti Batutulis yang disertai dengan alih aksara dalam bahasa Belanda.
Beberapa ahli yang pernah mengkaji Prasasti Batutulis yakni R Friederich (1853), KF Holle (1869), CM Pleyte (1911), Hoesein Djajadiningrat (1913), Poerbatjaraka (1921), J Noorduyn (1957), Hasan Djafar, Aditia Gunawan dan Arlo Griffiths (2021).
Kajian oleh para ahli terus dilakukan untuk menyempurnakan pembacaan agar diperoleh makna yang sebenarnya.
Dari hasil pembacaan, para peneliti sepakat bahwa tokoh yang membuat Prasasti Batutulis adalah Raja Surawisesa, putra dan penerus Prabu Siliwangi.
Baca juga: Menerka Isi Prasasti Jambansari yang Menyerupai Mantra
Prasasti Batutulis dipahatkan pada sebuah lempengan batu pipih berukuran besar yang berbentuk meruncing seperti gunungan.
Isi prasasti ini terdiri atas sembilan baris tulisan dalam aksara Jawa Kuno dan berbahasa Sunda Kuno.
Berikut terjemahan isi Prasasti Batutulis.
Baca juga: Prasasti Horren, Bukti Sunda Menyerang Jawa Timur?
Dari terjemahan tersebut, diketahui bahwa tujuan penulisan Prasasti Batutulis adalah untuk memperingati kematian Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi.