Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Batutulis, Peringatan Kematian Prabu Siliwangi

Kompas.com - 05/10/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Prasasti Batutulis ditemukan di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.

Prasasti yang hingga kini dibiarkan di tempatnya semula (in situ) merupakan peninggalan Kerajaan Sunda Pajajaran dari abad ke-16.

Berikut ini isi Prasasti Batutulis Peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Baca juga: Prasasti Dalung, Peraturan Sultan Banten untuk Lampung

Siapa yang membuat Prasasti Batutulis?

Prasasti Batutulis pertama kali ditemukan pada 25 Juni 1690 oleh pasukan VOC pimpinan Kapiten Adolf Winkler.

Setelah itu, beberapa laporan ekspedisi VOC juga menyebut tentang keberadaan prasasti ini.

Sejak masa pemerintahan Thomas Stamford Raffless (1811-1816), mulai muncul kajian mengenai isi Prasasti Batutulis.

Dalam bukunya, Raffles membicarakan Prasasti Batutulis dengan disertai sebuah faksimile.

Setelah itu, muncul tulisan-tulisan mengenai Prasasti Batutulis yang disertai dengan alih aksara dalam bahasa Belanda.

Beberapa ahli yang pernah mengkaji Prasasti Batutulis yakni R Friederich (1853), KF Holle (1869), CM Pleyte (1911), Hoesein Djajadiningrat (1913), Poerbatjaraka (1921), J Noorduyn (1957), Hasan Djafar, Aditia Gunawan dan Arlo Griffiths (2021).

Kajian oleh para ahli terus dilakukan untuk menyempurnakan pembacaan agar diperoleh makna yang sebenarnya.

Dari hasil pembacaan, para peneliti sepakat bahwa tokoh yang membuat Prasasti Batutulis adalah Raja Surawisesa, putra dan penerus Prabu Siliwangi.

Baca juga: Menerka Isi Prasasti Jambansari yang Menyerupai Mantra

Isi Prasasti Batutulis

Prasasti Batutulis dipahatkan pada sebuah lempengan batu pipih berukuran besar yang berbentuk meruncing seperti gunungan.

Isi prasasti ini terdiri atas sembilan baris tulisan dalam aksara Jawa Kuno dan berbahasa Sunda Kuno.

Berikut terjemahan isi Prasasti Batutulis.

  1. Semoga selamat! Inilah tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu yang telah mendiang (mangkat). Dinobatkan
  2. beliau dengan nama Prabu Guru Dewataprana. Beliau dinobatkan lagi dengan nama Sri
  3. Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu De
  4. wata. Beliaulah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
  5. Beliau anak Rahiyang Dewa Nis
  6. kala yang telah mangkat di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu
  7. Kancana yang dipusarakan di Nusa Larang. Beliaulah yang membuat tanda peringatan
  8. berupa gunung-gunungan, memperkeras jalan, membuat samida (hutan larangan, membuat Sang Hiyang Talaga (Wa)-
  9. rna Mahawijaya. Beliaulah itu. Pada tahun Saka "Panca Pandawa nge(m)ban Bumi"

Baca juga: Prasasti Horren, Bukti Sunda Menyerang Jawa Timur?

Dari terjemahan tersebut, diketahui bahwa tujuan penulisan Prasasti Batutulis adalah untuk memperingati kematian Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi.

Sri Baduga Maharaja adalah anak dari Rahiyang Dewa Niskala yang telah mangkat di Gunatiga, dan cucu dari Rahiyang Niskala Wastu Kancana.

Selanjutnya, disebutkan alasan-alasan Sri Baduga Maharaja harus diperingati.

Alasannya adalah Sri Baduga Maharaja telah berjasa dalam bidang pembangunan, seperti membuat parit pertahanan di ibu kota kerajaan di Pakuan Pajajaran, membangun monumen peringatan berupa gunungan-gunungan, membuat jalan yang diurug batu, membuat hutan larangan (samida), dan membuat telaga yang dinamai Telaga Warna Mahawijaya.

Dalam sejarah Kerajaan Pajajaran, diketahui bahwa Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi merupakan raja yang membawa kejayaan.

Prabu Siliwangi berkuasa dari tahun 1482 hingga 1521.

Baca juga: Prabu Siliwangi, Raja Terhebat Kerajaan Pajajaran

Angka tahun Prasasti Batutulis ditulis dalam bentuk candrasengkala berbunyi, Pada tahun Saka "Panca Pandawa nge(m)ban Bumi".

Oleh Aditia Gunawan dan Arlo Griffiths (2021), tahun tersebut diterjemahkan tahun Saka 1455 atau 1533 Masehi.

Artinya, Prasasti Batutulis dibuat pada masa Raja Surawisesa, putra sekaligus penerus Prabu Siliwangi.

 

Referensi:

  • Djafar, Hasan. (2018). Prasasti Batutulis Bogor. AMERTA, 29 (1), 1-13.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com