KOMPAS.com – Radikal merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan dan pembaharuan secara drastis atau cepat termasuk dengan cara kekerasan.
Berdasarkan definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut, jika direfleksikan dalam tatanan sejarah pergerakan, tentu banyak kelompok yang memenuhi kriteria tersebut.
Gerakan radikal tersebut tidak saja didapati pada tataran politik, pada tataran agama pun sering dijumpai golongan atau kelompok yang mengatasnamakan agama tertentu.
Baca juga: Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme
Tentunya dalam membahas radikal pada suatu agama, perlu dipisahkan antara agama dan pelaku agamanya, sebab pada dasarnya agama mengajarkan perdamaian.
Dalam sejarah Islam, terdapat juga kelompok atau golongan yang menganut paham radikal. Salah satunya kelompok Khawarij.
Kelompok Khawarij merupakan kelompok pertama berhaluan radikal yang mengatasnamakan Islam.
Baca juga: Golongan Khawarij: Sejarah, Ajaran, dan Sekte
Khawarij merupakan sebuah kelompok yang pertama kali menampakkan sikap intoleran, fanatik, dan eksklusif, dalam arus sejarah Islam.
Kelompok ini pada mulanya adalah pengikut setia sahabat Ali bin Abi Thalib, namun kesetiaannya memudar tatkala terjadinya suatu peristiwa.
Terjadinya Perang Shiffin yang melibatkan antara golongan Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Muawiyah pada tahun 37 Hijriyah merupakan sumber masalahnya.
Perang yang terjadi karena pertentangan politik antara keduanya tersebut pada dasarnya dimenangkan oleh kaumnya Ali.
Muawiyah yang semakin terdesak dalam peperangan tersebut kemudian mengajukan rundingan kepada Ali sebagai cara penyelesaian konflik tersebut.
Di luar dugaan, kelompok Ali yang telah hamper memenangkan pertempuran itu, atas persetujuan Ali bin Abi Thalib, mengiyakan tawaran tersebut.
Baca juga: Perang Saudara Islam I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Kebijakan yang diambil oleh Ali ini tentunya menuai kekecewaan yang besar dari kelompoknya yang telah mati-matian berperang mendukung Ali dalam persaingan politiknya.
Puncak kekecewaannya adalah 4.000 orang pasukan Ali yang memutuskan untuk keluar dan memisahkan diri dari Ali bin Abi Thalib, karenanya disebut Khawarij.
Tidak sampai di sana saja, mereka juga menganggap apa yang telah dilakukan oleh Ali adalah perbuatan orang kafir atas dasar pemahaman mereka.