Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Topeng Tumenggung: Sejarah, Karakter, dan Ciri Khas

Kompas.com - 18/06/2022, 11:00 WIB
Febi Nurul Safitri ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tari Topeng Tumenggung adalah salah satu babak dalam pertunjukan Tari Topeng Cirebon.

Dalam pertunjukan Tari Cirebon, terdapat lima babak yang menampilkan lima topeng, yakni Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, dan Topeng Kelana.

Masing-masing topeng tersebut mempunyai makna, kisah, dan karakter yang berbeda. Oleh karena itu, tarian dan properti yang digunakan pada setiap babak pun berbeda.

Uraian kali ini fokus pada Topeng Tumenggung.

Baca juga: Sejarah Tari Gambyong dan Ciri-cirinya

Sejarah Tari Topeng Cirebon

Tari Topeng Cirebon, tumbuh di daerah pantai utara Jawa Barat, yang kemudian berkembang hingga ke Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Masyarakat sekitar Cirebon meyakini kalau tarian ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam lewat kesenian.

Pada 1470, Sunan Gunung Jati diyakini bekerja sama dengan Sunan Kalijaga untuk berdakwah dengan cara memasukkan ajaran Islam ke dalam tarian ini.

Konon, pada saat Sunan Kalijaga, yang dikenal memiliki kesaktian, memainkan Tari Topeng, tidak ada yang bisa melihat siapa yang melakukan pertunjukan.

Sunan Kalijaga kemudian mengatakan pada orang-orang di sekitarnya, apabila ingin melihat sosok yang memainkan gamelan, maka mereka harus mengucapkan dua kalimat syahadat.

Usai dua kalimat itu diucapkan, warga sekitar dapat melihat pertunjukan Tari Topeng.

Baca juga: Sunan Kalijaga, Berdakwah Lewat Wayang

Sejarah Tari Topeng Tumenggung

Pertunjukan Tari Topeng Cirebon memiliki lima tokoh yang diperankan oleh topeng berbeda, yaitu Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, dan Topeng Kelana.

Tari Topeng Tumenggung, yang berdurasi sekitar 15 menit, menceritakan tentang Tumenggung Magangdiraja yang diutus oleh Raja Bawarna untuk mencari Jingga Anom.

Dalam perjalanannya, Tumenggung Magangdiraja akhirnya menemukan Jingga Anom, yang kabur karena menghindari upeti.

Tumenggung Magangdiraja membujuk Jingga Anom agar pulang ke Bawarna, tetapi ditolak.

Salah satu alasannya karena Jingga Anom telah menjadi raja di Jongjola. Alhasil, timbul adu mulut yang kemudian memicu peperangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com