KOMPAS.com - Bangsa Deutro Melayu atau Melayu Muda tiba di kepulauan Indonesia pada sekitar 500 SM.
Dari kajian biologis dapat diketahui bahwa sisa-sisa ras Deutro Melayu yang masih ada yaitu suku Jawa, Melayu, Bugis, Minang, Bali, dan Sunda.
Di Indonesia, suku keturunan Deutro Melayu segera mengembangkan dirinya dan mendesak penduduk keturunan Proto Melayu, yang telah lebih dulu menetap di Nusantara, ke daerah pedalaman.
Kedatangan mereka juga disertai kebudayaan logam yang berasal dari Dongson (Vietnam Utara).
Berikut ini peninggalan masyarakat Deutro Melayu di Indonesia.
Kapak corong atau juga disebut sebagai kapak perunggu bentuknya bermacam-macam, ada yang besar dan diberi hiasan, pendek dan lebar, bulat, serta ada pula yang ukurannya kecil.
Benda peninggalan Deutro Melayu ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Pulau Selayar.
Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya panjang. Benda ini umumnya digunakan dalam upacara keagamaan dan sebagai perkakas rumah tangga.
Baca juga: Pembagian Bangsa Melayu Indonesia
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang terutup di sisi atasnya dan berpinggang di bagian tengahnya.
Benda peninggalan yang dikatakan seperti dandang terbalik ini umumnya digunakan dalam upacara keagamaan.
Moko adalah nekara yang ukurannya lebih kecil dan pernah ditemukan di Alor.
Bejana perunggu berbentuk seperti periuk, tetapi lebih langsing dan gepeng. Benda peninggalan bangsa Deutro Melayu ini ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura.
Selain dari bahan logam, hasil kebudayaan ras Deutro Melayu juga ada yang terbuat dari bahan batu seperti menhir.
Menhir atau batu tegak adalah batu alam yang telah dibentuk untuk keperluan pemujaan atau sebagai tanda penguburan.
Baca juga: Zaman Logam: Pembagian dan Peninggalan
Dolmen atau meja batu adalah benda peninggalan berupa sebuah batu besar yang ditopang oleh batu-batu berukuran lebih kecil sebagai kakinya.
Kubur batu adalah wadah penguburan mayat yang terbuat dari batu.
Sarkofagus adalah kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.
Punden berundak adalah hasil kebudayaan bangsa Deutro Melayu yang berupa batu berbentuk anak tangga dan digunakan sebagai pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Referensi: