Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Neolitik: Pengertian, Teori Pendukung, dan Hasil Kebudayaan

Kompas.com - 12/04/2021, 17:14 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Revolusi Neolitik adalah transisi budaya manusia selama periode Neolitikum dari gaya hidup berburu dan meramu (food gathering) menjadi bermukim dan memproduksi makanan sendiri dengan bercocok tanam (food producing).

Peralihan zaman Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari food gathering menuju food producing.

Istilah ini pertama kali diciptakan pada 1923 oleh V. Gordon Childe untuk menggambarkan revolusi pertanian dalam sejarah Timur Tengah.

Revolusi Neolitik juga dikenal sebagai Revolusi Pertanian atau Transisi Demografis Neolitik.

Bentuk pelajaran dari alam yang terjadi pada masa peralihan Zaman Mesolitikum ke Zaman Neolitikum yang menandakan adanya revolusi kebudayaan pada proses manusia purba mengenal kegiatan bercocok tanam adalah saat masyarakatnya mulai hidup menetap.

Mereka mengamati dan bereksperimen dengan tanaman untuk memelajari bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Pengetahun baru yang mereka dapatkan kemudian memungkinkan terjadinya domestikasi tanaman.

Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri

Oleh karena itu, masa bercocok tanam dianggap sebagai tonggak kemajuan manusia karena terjadi revolusi dari food gathering ke food producing.

Periode ini digambarkan sebagai revolusi untuk menunjukkan pentingnya dan tingkat perubahan yang memengaruhi masyarakat di mana praktik peranian baru diadopsi dan disempurnakan secara bertahap.

Pada masa ini, manusia mulai meninggalkan hidup nomaden untuk tinggal menetap karena telah mengenal budidaya tanaman dan penjinakan hewan.

Periode ini terjadi pada manusia prasejarah dalam kurun waktu berbeda di berbagai wilayah di dunia.

Namun, Revolusi Neolitik pertama diperkirakan terjadi pada Zaman Holosen, sekitar 12.500 tahun lalu.

Baca juga: Zaman Batu: Pembagian, Peninggalan, dan Kehidupan Manusia

Teori pendukung

The Oasis Theory

Teori ini dicetuskan oleh Raphael Pumpelly pada 1908 dan dipopulerkan oleh V. Gordon Childe pada 1928.

The Oasis Theory menyatakan bahwa ketika iklim semakin kering, masyarakat dipaksa untuk berhubungan erat dengan hewan, yang kemudian dijinakkan bersamaan dengan penanaman benih.

Hipotesis Hilly Flanks

Teori yang diusulkan oleh Robert Braidwood pada 1948 ini menunjukkan bahwa pertanian dimulai di lereng berbukit di pegunungan Taurus dan Zagros, di mana iklimnya tidak kering seperti yang diyakini Childe.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com