Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
KOMPAS.com - Kerajaan Majapahit didirikan dan dipimpin oleh Raden Wijaya hingga 1308. Setelah wafat, ia digantikan oleh putranya, yakni Prabu Jayanegara.
Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan. Salah satunya, Pemberontakan Kuti. Saat pemberontakan, Kerajaan Majapahit sangatlah kacau. Akhirnya Prabu Jayanegara memanggil Patih Gajah Mada.
Kepada Prabu Jayanegara, Gajah Mada memberi pilihan teraman, yaitu mengungsi ke Desa Bedander. Desa tersebut merupakan desa di bawah kekuasaan Majapahit.
Di desa tersebut, Gajah Mada mengatur siasat perang untuk mengatasi pemberontakan Kuti. Siasat yang digunakannya itu berhasil, dan Majapahit dapat direbut kembali.
Setelah berhasil mengatasi Pemberontakan Kuti, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan. Pada 1328, Prabu Jayanegara wafat dan digantikan oleh putrinya, yaitu Tribuana Tunggadewi sebagai ratu Majapahit.
Pada masa pemerintahannya, pemberontakan kembali terjadi. Pemberontakan terbesar pada masanya itu diberi nama Pemberontakan Sadeng.
Baca juga: Faktor Majapahit menjadi Kerajaan Besar Agraris dan Perdagangan
Pasukan Majapahit di bawah pimpinan Patih Majapahit menjadi salah satu yang terkuat. Akhirnya, pemberontakan tersebut dapat ditumpas.
Kemampuan Patih Gajah Mada untuk mengatasi berbagai pemberontakan, membuat Ratu Tribuana Tunggadewi memutuskan untuk memberi kenaikan pangkat kepadanya, yakni Mahapatih Gajah Mada.
Saat pengangkatannya, Gajah Mada memohon kepada Ratu Tribuana Tunggadewi untuk mengucapkan sumpah yang berbunyi :
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa.”
Secara umum, arti sumpah tersebut adalah:
“ Saya bersumpah, sebelum saya bisa menaklukkan seluruh Nusantara, mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang dibawah kekuasaan Majapahit, saya tidak akan memakan buah palapa.”
Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit
Buah Palapa sendiri belum diketahui secara jelas bagaimana bentuk dan rasanya. Namun menurut para ahli, sumpah tersebut diartikan bahwa Mahapatih Gajah Mada tidak akan merasakan kenikmatan duniawi sebelum seluruh Nusantara bersatu.
Selanjutnya, sumpah Mahapatih Gajah Mada itu dikenal sebagai Sumpah Palapa.