Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Ungkap Sering Marah Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Kompas.com - 11/05/2024, 11:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Para peneliti menemukan bahwa kemarahan memiliki pengaruh yang berbeda dari emosi negatif umum lainnya, seperti kesedihan atau kecemasan, terhadap kesehatan pembuluh darah.

Kemarahan yang berulang-ulang dapat berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dalam jangka panjang.

Temuan ini dipublikasikan di Jurnal American Heart Association. Dalam artikel tersebut, peneliti menjelaskan lebih lanjut hubungan kompleks antara kesehatan mental dan kesehatan fisik.

Menurut Daichi Shimbo, MD, Ahli Jantung dan Profesor Kedokteran di Divisi Kardiologi, Departemen Kedokteran, Columbia University Irving Medical Center, ia dan rekan-rekannya menemukan bahwa kemarahan mempunyai dampak buruk pada kesehatan pembuluh darah.

Ia mengatakan, ini adalah mekanisme yang mungkin menjelaskan penyebab perasaan marah dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

 Baca juga: Studi Ungkap yang Terjadi pada Tubuh Saat Marah

Kemarahan mengurangi fungsi pembuluh darah

Shimbo dan timnya mengambil pendekatan multidisiplin atau translasi dalam penelitian mereka. Penelitian translasi sering kali menjembatani kesenjangan antara ilmu laboratorium dan penerapan di dunia nyata.

Tujuan mereka adalah untuk menyelidiki hubungan antara keadaan emosi dan kesehatan sel endotel, indikator keseluruhan kesehatan pembuluh darah.

Sel endotel melapisi bagian dalam pembuluh darah dan merupakan mekanisme penting untuk menjaga kesehatan aliran darah ke seluruh tubuh.

Penelitian ini melibatkan 280 peserta dewasa sehat yang diacak untuk melakukan salah satu dari empat tugas "mengingat emosional”.

Selama ingatan emosional, peserta diminta untuk mengeksplorasi ingatan dan pengalaman yang terkait dengan emosi tertentu. Dalam kasus ini, peserta diacak berdasarkan emosi “kemarahan”, “kecemasan”, “kesedihan”, dan “netral secara emosional”.

Setelah sesi tersebut, para peneliti menggunakan kombinasi penanda serologis untuk menilai kesehatan sel endotel. Selain itu, mereka menguji hiperemia reaktif atau seberapa cepat pembuluh darah dapat melebar dan memperlancar aliran darah setelah tersumbat.

Baca juga: 5 Penyebab Orang Mudah Marah Menurut Sains

Para peneliti menemukan bahwa kemarahan berdampak negatif terhadap kesehatan sel endotel dengan mengganggu kemampuan pembuluh darah untuk melebar, sehingga membatasi aliran darah. Keadaan gangguan ini bertahan hingga empat puluh menit setelah latihan mengingat, sebelum kembali ke kondisi awal. Temuan ini tidak diidentifikasi dengan keadaan emosi lainnya.

Marah dan risiko penyakit jantung

Kemarahan memiliki dampak besar pada tubuh dan pikiran, namun cenderung tidak terdeteksi dalam diskusi tentang kesehatan mental.

Saat marah, tubuh dibanjiri katekolamin atau hormon stres. Katekolamin mencakup hal-hal seperti dopamin, epinefrin (adrenalin), dan norepinefrin (noradrenalin).

Hormon-hormon tersebut menghasilkan perubahan fisiologis yang dapat dideteksi, seperti detak jantung yang cepat dan peningkatan tekanan darah.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh para peneliti di Harvard pada tahun 2014 menemukan, setelah ledakan amarah, seseorang berisiko lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular, seperti serangan jantung atau stroke, terutama dalam dua jam pertama. Mereka juga menemukan bahwa semakin sering seseorang marah, semakin besar risiko ia terkena penyakit kardiovaskular.

Dengan demikian, temuan ini mengingatkan kita bahwa pikiran memang terhubung dengan tubuh, dengan menunjukkan bahwa pengalaman marah yang intens dan bersifat sementara tampaknya berdampak pada kapasitas stimulasi aliran darah kardiovaskular.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com