Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2024, 08:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Seperti yang telah didokumentasikan oleh banyak penelitian , orang dewasa rata-rata berkedip sekitar 15 kali dalam satu menit.

Sementara itu, bayi lebih jarang berkedip, yakni hanya beberapa kali setiap menit, dan beberapa bayi berkedip hanya sekali dalam satu menit.

Menurut Leigh Bacher, profesor psikologi di New York State University, Oswego, rata-ratanya, bayi berkedip dua atau tiga kali dalam satu menit.

Ini mungkin tampak seperti perilaku kecil yang aneh, namun para peneliti percaya bahwa kedipan mata bayi dapat memberikan wawasan tentang otak mereka.

Pasalnya, berkedip diatur oleh dopamin otak, salah satu neurotransmiter yang memungkinkan sel-sel otak berkomunikasi. Jadi, mempelajari kedipan bayi dapat membantu para ahli lebih memahami cara kerja neurotransmitter pada bayi.

Baca juga: Kenapa Kita Tidak Punya Ingatan Saat Bayi?

Penelitian telah menunjukkan hubungan antara dopamin dan berkedip, karena kondisi atau obat yang memengaruhi dopamin juga mengubah kecepatan berkedip.

Misalnya, Ooang dengan skizofrenia, yang mungkin disebabkan oleh terlalu banyak dopamin, berkedip lebih sering. Sebaliknya, pada penderita penyakit Parkinson, yang disebabkan oleh kematian neuron penghasil dopamin, kedipan mata sangat berkurang.

Selain itu, dopamin juga mendasari beragam fungsi lainnya, mulai dari kontrol gerakan, tingkat hormonal, hingga pembelajaran dan motivasi.

Dengan demikian, Bacher menjelaskan, tingkat kedipan bayi mungkin menandakan sesuatu tentang perkembangan sistem dopamin dan bahkan mungkin mencerminkan perbedaan individu dalam beberapa aspek sistem saraf bayi.

Bacher menambahkan, kedipan spontan berpotensi berfungsi secara klinis sebagai salah satu sumber informasi tambahan tentang perkembangan neurobehavioral.

Baca juga: Bayi Memiliki Tulang Lebih Banyak dari Orang Dewasa

Namun, Bacher memperingatkan bahwa masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami kedipan pada bayi.

Dugaan para peneliti

Karena salah satu fungsi berkedip adalah untuk menjaga agar mata tetap terlumasi, para peneliti menduga bahwa bayi berkedip lebih sedikit karena mata kecil mereka tidak memerlukan banyak pelumasan.

Gagasan lainnya adalah bayi, dengan penglihatan barunya, harus bekerja keras untuk mendapatkan semua informasi visual yang mereka butuhkan.

Senada dengan ini, Bacher mengatakan, ketika kita melakukan sesuatu yang menuntut perhatian secara visual atau penuh perhatian, kita cenderung jarang berkedip.

Kemudian, ada sistem dopamin. Beberapa peneliti berpendapat bahwa berkurangnya tingkat berkedip pada bayi baru lahir disebabkan oleh sistem dopamin yang belum berkembang.

Bacher dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk menemukan apa yang dapat mereka pelajari tentang bayi dengan menganalisis kelopak mata mereka. Dibandingkan dengan pencitraan otak dan teknik lainnya, kedipan mata merupakan pengukuran yang lemah, namun merupakan pengukuran non-invasif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com