Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Burung Merpati Suka Menganggukkan Kepala?

Kompas.com - 01/02/2024, 14:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Merpati adalah burung yang berasal keluarga Columbidae. Habitat merpati meliputi hutan beriklim sedang, hutan gugur, hutan hujan, arboreal, hingga daerah rawa.

Meski demikian, burung merpati dapat dengan cepat beradaptasi dengan lanskap pedesaan, perkotaan, dan pinggiran kota.

Merpati dianggap sebagai hewan yang jinak, yang banyak dipelihara hingga dapat membantu pekerjaan manusia.

Merpati suka menganggukkan kepala

Mengangguk-anggukkan kepala merupakan ciri khas burung merpati. Sambil menundukkan kepala selagi berjalan mencari remah-remah di tanah, gerakan kepala burung merpati tampaknya mengikuti irama tertentu.

Namun, apa sebenarnya tujuan dibalik perilaku yang terkesan konyol ini?

Baca juga: Studi Ungkap 1400 Spesies Burung Punah karena Manusia, Kok Bisa?

Eksperimen tahun 1978 memberi wawasan penting mengenai pertanyaan tersebut. Penelitian ini membalikkan satu asumsi utama dalam proses tersebut, yakni merpati sebenarnya tidak mengangguk-anggukkan kepala. Sebaliknya, mereka sedang mendorong kepala ke depan.

Ketika para peneliti dalam studi tersebut meninjau rekaman gerak lambat, mereka menemukan bahwa sebenarnya ada dua bagian utama gerakan kepala merpati, yang oleh para ilmuwan disebut fase “dorong” dan “tahan”.

Michael Land, ahli biologi di Sussex University, Inggris, menjelaskan, dalam fase 'dorong', kepala merparti didorong ke depan, relatif terhadap tubuh sekitar 5 cm.

Kemudian, fase ini diikuti oleh fase 'tahan', yakni kepala merparti bergerak mundur dibandingkan dengan tubuh yang bergerak ke depan.

Apa yang terlihat sebagai gerakan mengangguk sebenarnya adalah kepala yang meluncur ke depan dan kemudian menunggu tubuh menyusulnya. Kita melihatnya sebagai anggukkan karena gerakannya berlangsung begitu cepat.

Baca juga: Seperti Apa Dampak Kembang Api Malam Tahun Baru pada Burung?

Menurut Aaron Blaisdell, seorang profesor psikologi yang mempelajari kognisi hewan, perilaku ini terjadi rata-rata lima hingga delapan kali per detik saat seekor merpati berjalan. Itu cukup cepat sehingga kita tidak memprosesnya ketika peristiwa sebenarnya terjadi.

Pemrosesan visual

Para peneliti dalam percobaan tersebut juga menemukan bahwa jika lingkungan visual seekor merpati relatif diam di sekitar burung saat ia berjalan di atas treadmill, kepala hewan tersebut tidak akan bergerak.

Melalui logika terbalik, hal ini menghasilkan penemuan utama, yakni gerakan mendorong kepala dapat membantu merpati menstabilkan pandangan mereka terhadap dunia yang bergerak di sekitar mereka.

Dengan kata lain, kepala yang tidak bergerak memberi merpati waktu untuk memproses sekelilingnya secara visual sambil menunggu tubuhnya yang bergerak mengejar kepalanya; seperti menghentikan gerakan selama sepersekian detik.

Taktik ini berguna karena memungkinkan merparti untuk melihat makanan potensial, dan mungkin predator.

Baca juga: Pertama Kali dalam 150 Tahun, Burung Kiwi Menetas di Selandia Baru

Sementara itu, jika kepala merpati bergerak dengan kecepatan yang sama dengan tubuhnya, mereka akan kesulitan mempertahankan gambaran dunia yang stabil di retina mereka.

Uniknya lagi, trik visual ini bukan sekadar kekhasan merpati. Manusia juga melakukan versi serupa, hanya saja alih-alih menggerakkan kepala, kita menggunakan gerakan bola mata yang cepat dan tersentak-sentak untuk membantu memperbaiki penglihatan saat bergerak.

Mata merpati, sebenarnya, dapat bergerak seperti mata manusia, namun burung memiliki kepala yang lebih bisa bergerak dibandingkan manusia, jadi masuk akal jika mereka berevolusi dengan gerakan mendorong kepala sebagai alat penstabil penglihatan yang lebih efektif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com