Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapisan Es Greenland Mencair Lebih Cepat dari Perkiraan

Kompas.com - 29/01/2024, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan iklim telah menyebabkan lapisan es Greenland kehilangan 20 persen lebih banyak es daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Hasil tersebut berdasarkan penelitian menggunakan citra satelit untuk melacak penyusutan gletser selama empat dekade terakhir.

Baca juga: Fakta-fakta Menarik Greenland, Pulau Terbesar di Dunia

Dalam studi baru ini, peneliti di Amerika Serikat mengumpulkan hampir 240.000 citra satelit dari posisi ujung gletser yang merupakan tempat pertemuan gletser dengan lautan, dari tahun 1985 hingga 2022.

"Hampir setiap gletser di Greenland telah menipis atau menyusut selama beberapa dekade terakhir," kata Chad Greene, ahli glasiologi dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

Peneliti kemudian menemukan bahwa lebih dari 1000 gigaton (1 gigatan setara dengan 1 miliar ton) atau 20 persen es di sekitar tepian Greenland telah hilang selama empat dekade terakhir.

"Lapisan es Greenland telah kehilangan lebih banyak es dalam beberapa dekade terakhir dibandingkan perkiraan sebelumnya," kata peneliti.

Hal ini bisa menyebabkan pencairan es secara keseluruhan sehingga gletser lebih mudah tergelincir ke arah laut.

Kenaikan permukaan laut

Mengutip Science Alert, Minggu (28/1/2024) peneliti menemukan gletser Greenland paling rentan terhadap perubahan musim juga merupakan gletser yang paling sensitif terhadap dampak pemanasan global dan mengalami penyusutan paling signifikan sejak tahun 1985.

Pemanasan tersebut dapat menyebabkan permukaan gletser mencair dan menetes ke dasar lapisan es sehingga memudahkan lebih banyak es yang hilang.

Mencairnya lapisan es Greenland ini diperkirakan pula berkontribusi lebih dari 20 persen terhadap kenaikan permukaan laut sejak tahun 2002.

Baca juga: Mengapa Greenland Penting untuk Dunia Internasional?

Meningkatnya permukaan air laut berpotensi menyebabkan banjir di komunitas pesisir dan kepulauan yang merupakan rumah bagi ratusan juta orang, dan pada akhirnya dapat menenggelamkan seluruh negara kepulauan dan kota-kota pinggir laut.

Namun peneliti juga mengkhawatirkan mengenai potensi dampak lainnya yaitu gangguan arus laut dalam yang merupakan pendorong utama pola cuaca global.

Banjir air tawar tambahan yang mencair dapat memengaruhi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), sebuah sistem luas yang mengatur perpindahan panas global dari daerah tropis ke belahan bumi utara.

Sebuah konsorsium ilmuwan internasional tahun lalu memperingatkan bahwa perubahan AMOC dan pencairan lapisan es merupakan dua lusin titik kritis iklim yang menghadirkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi umat manusia.

Temuan dipublikasikan di jurnal Nature.

Baca juga: Greenland di Masa Lalu Beriklim Hangat dan Subur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com