Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Energi Tidal, Bentuk Energi Alternatif Lain dari Air

Kompas.com - 18/12/2023, 11:00 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan hanya aliran air di daratan yang bisa digunakan sebagai sumber energi di pembangkit listrik tenaga air (PLTA), air di laut juga bisa menjadi sumber energi.

Energi dari pasang surut air laut ini umum disebut sebagai energi tidal. Lantas, bagaimana energi tidal ini bisa dihasilkan?

Baca juga: Contoh-contoh Energi Alternatif Terbarukan

Prinsip energi tidal

Dikutip dari Vikas Khare dalam buku Tidal Energy Systems pada tahun 2019, energi tidal diperoleh dari perubahan gelombang air laut (tides) yakni pasang dan surut akibat interaksi gravitasi antara bumi, matahari, dan bulan.

Pada dasarnya, energi tidal merupakan hasil konversi energi yang dimiliki gelombang air laut menjadi energi listrik yang dihasilkan generator.

Hal ini mirip dengan sistem pembangkit listrik tenaga air, namun arus laut bisa dihasilkan dari dua arah, yakni air pasang (tinggi) ataupun air surut (rendah).

Prinsip kerja produksi energi tidal meliputi dua hal, yakni

  1. Mengubah energi potensial dari gelombang laut menjadi energi listrik melalui sistem rentetan (barrage), dan
  2. Mengubah energi kinetik dari aliran gelombang air laut menjadi listrik melalui turbin, seperti halnya kincir angin pada pembangkit listrik energi angin.

Baca juga: Manfaat Tanaman Jarak sebagai Energi Alternatif

Perbedaan sistem energi tidal

Ilustrasi Skema Pembangkit Energi Tidal Sistem TurbinVikas Khare, Cheshta Khare, Savita Nema, Prashahnt Baredar Ilustrasi Skema Pembangkit Energi Tidal Sistem Turbin

Pada saat ini, sistem turbin lebih umum digunakan karena lebih hemat biaya instalasi dan ramah lingkungan.

Gelombang air pasang dan surut akan melewati pintu air yang terpasang turbin. Ketika turbin bergerak, tercipta energi kinetik yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik melalui generator.

Ilustrasi Skema Pembangkit Energi Tidal Sistem BarrageVikas Khare, Cheshta Khare, Savita Nema, Prashahnt Baredar Ilustrasi Skema Pembangkit Energi Tidal Sistem Barrage

Sementara itu, perbedaan yang ada pada sistem rentetan atau barrage ialah instalasinya yang lebih rumit dan kompleks.

Sistem ini mengubah energi potensial dari tinggi dan rendahnya gelombang pasang surut air laut melalui bendungan berdinding rendah. Bendungan dibangun di atas dasar laut dan saluran-saluran air didalamnya.

Ketika air pasang, air masuk ke bendungan dan tertampung di “tempat pasang surut”. Selanjutnya, ketika air laut surut, pintu air akan dibuka kembali sehingga air mengalir melewati saluran-saluran bendungan yang di dalamnya terdapat turbin.

Hasil pergerakan turbin akan menghasilkan daya yang bisa diubah menjadi energi listrik di generator.

Baca juga: GNSSA Targetkan Penggunaan Energi Alternatif Naik 23 Persen pada 2025

Potensi energi tidal di Indonesia

Dilansir dari Indonesian Energy Transition Outlook (IETO) 2023, laporan yang dirilis oleh Institure for Essential Services Reform (IESR), energi tidal masih belum masif di lingkup global maupun dalam negeri.

Kendati, energi altrnatif ini sangat berpotensi untuk wilayah-wilayah dekat dengan lepas pantai ataupun semenanjung.

Sebuah tinjauan studi dalam jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews pada tahun 2021, Indonesia memiliki potensi sebesar 41 megawatt untuk energi tidal.

Sementara itu, dalam IETO 2023 pula, disebutkan bahwa saat ini, pengembangan energi tidal di Indonesia dimulai oleh pengembang energi tidal dari Belanda dan Inggris.

Kedua pengembang bekerja sama PLN dalam proyek pembangkit listrik energi pasang surut air laut di Selat Larantuka yang berada di antara pulau Flores dan Adonara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com