Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2023, 12:37 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengadopsi inovasi teknologi Wolbachia sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Sebelumnya, percobaan penyebaran nyamuk yang telah diinfeksi oleh Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.

Baca juga: Inovasi Baru Cegah Penyebaran DBD dengan Wolbachia, Apa Itu?

Dengan hasil positif, di wilayah yang mendapat penyebaran Wolbachia terbukti efektif dalam menekan kasus demam berdarah sebesar 77 persen dan mengurangi proporsi pasien yang dirawat di rumah sakit sebanyak 86 persen.

Tetapi, apakah ada perbedaan efek gigitan dengan nyamuk biasa?

Pada webinar yang diselenggarakan oleh PB IDI dengan tema "Mengenal Wolbachia dan Fungsinya untuk Mencegah Demam Berdarah" pada Senin (20/11/2023), peneliti nyamuk ber-Wolbachia Universitas Gadjah Mada, Dr. Riris Andono Ahmad menjelaskan mengenai efek dari gigitan nyamuk ini tidak berbahaya.

Bakteri Wolbachia hanya bisa bertahan di sel tubuh serangga

Riris menjelaskan bahwa bakteri Wolbachia hanya dapat bertahan di dalam sel tubuh serangga.

"Bakteri Wolbachia tidak dapat memasuki tubuh manusia, karena bakteri ini secara khusus hanya dapat bertahan di dalam sel tubuh serangga," kata Riris.

"Oleh karena itu, ketika keluar dari sel tubuh serangga tersebut bakteri tersebut akan mati," sambungnya.

Sebagai contoh, Riris menyebutkan bahwa jika nyamuk menggigit dan bakteri Wolbachia berada di ludah bakteri tersebut tidak dapat bertahan di ludah karena tidak berada dalam sel.

"Kemungkinan ada di sel kelenjar ludah, tetapi bakteri tersebut tidak dapat keluar dari selnya," ungkapnya

Baca juga: Mengenal Nyamuk Wolbachia, Dinilai Efektif Basmi DBD

Riris menegaskan bahwa ketika nyamuk menggigit manusia bakteri Wolbachia tidak dapat menular ke manusia atau berpindah ke tempat lain. Penularannya terbatas hanya melalui proses perkawinan.

Meski tetap gatal tidak lagi tularkan DBD

Seiring dengan itu, Prof. DR Adi Utarini, M Sc, MPH, PhD, peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Universitas Gadjah Mada, juga menyatakan bahwa efek samping yang dialami bukan berasal dari bakteri Wolbachia melainkan dari gigitan nyamuk itu sendiri.

"Dan ini bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Ada yang mengalami bentol-bentol dan ada yang tidak," kata dr Utarini.

"Meskipun efek gatal dan munculnya bentol tetap sama yang membedakan adalah nyamuk Wolbachia ini tidak lagi menularkan virus dengue" pungkasnya.

 Baca juga: Profesor UGM Adi Utarini Ilmuwan Peneliti Wolbachia Masuk dalam Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com