Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Tersembunyi Lampu UV Pembunuh Kuman terhadap Kualitas Udara

Kompas.com - 29/10/2023, 11:31 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah pandemi COVID-19, minat terhadap metode untuk memperlambat penyebaran virus telah meningkat.

Teknologi lampu ultraviolet (UV) telah menjadi populer dalam berbagai aplikasi, termasuk membersihkan udara dari kuman dan mikroorganisme yang dapat mengganggu kualitas udara di dalam ruangan.

Baca juga: Lampu UV Ini Bisa Cegah Penyebaran Virus Flu di Ruang Publik

Meskipun lampu UV pembunuh kuman dapat efektif dalam membunuh berbagai jenis patogen, sebuah studi terbaru telah mengungkapkan potensi bahaya terhadap kualitas udara yang perlu diperhatikan.

Sinar UV menimbulkan bahaya di dalam ruangan

Dilansir dari Science Daily, Rabu (18/10/2023), penelitian baru dari Massachusetts Institute of Technology menunjukkan bahwa lampu UV dapat menghasilkan senyawa yang berpotensi berbahaya di dalam ruangan.

Setelah penelitian selama bertahun-tahun di luar ruangan, tim melakukan eksperimen di dalam ruangan untuk memahami dampak alat UV pada kualitas udara.

Mereka menemukan bahwa alat UV dapat membantu menghilangkan patogen, tetapi juga menghasilkan polutan.

Lampu UV yang baru, seperti lampu excimer KrCl, terbatas dan bukan pengganti ventilasi, tetapi pelengkapnya. Ketika ventilasi kurang, polutan dapat terakumulasi.

"Namun, penggunaan perangkat untuk membersihkan udara dalam ruangan menggunakan sinar UV mengintroduksi sebagian oksidasi ini ke dalam ruangan, yang dapat memicu serangkaian reaksi potensial," kata Profesor Jesse Kroll, seorang peneliti.

Ancaman ozon yang dihasilkan sinar UV 

Pada awalnya, sinar UV berinteraksi dengan oksigen udara, menghasilkan ozon, yang memiliki risiko kesehatan.

Baca juga: Kualitas Udara Buruk, Ini 3 Cara agar Tetap Sehat

"Selain itu, setelah pembentukan ozon, terdapat potensi terjadinya berbagai reaksi oksidasi lainnya," ungkap Profesor Jesse Kroll.

Contohnya, sinar UV dapat berinteraksi dengan ozon dan membentuk senyawa yang disebut radikal OH, yang juga memiliki sifat oksidatif kuat.

Asisten Profesor Barber, mengajar di Universitas California, menambahkan, "Jika ada senyawa organik mudah menguap di lingkungan, yang cenderung terjadi di berbagai ruangan dalam ruangan, maka oksidan ini akan bereaksi dengannya dan mengoksidasi senyawa tersebut."

Senyawa organik mudah menguap ini dalam beberapa kasus justru lebih berbahaya bagi kesehatan manusia daripada versi yang belum teroksidasi. Proses ini juga berkontribusi pada pembentukan aerosol organik sekunder.

"Sekali lagi, bahan-bahan ini dapat membahayakan sistem pernafasan, sehingga menyimpannya di dalam ruangan tidaklah ideal," pungkasnya.

Pembentukan senyawa-senyawa ini menjadi perhatian serius di dalam ruangan, karena orang menghabiskan banyak waktu di sana, dan kurangnya ventilasi dapat mengakibatkan penumpukan senyawa ini secara signifikan.

Imbangi dengan ruangan berventilasi

Penelitian menekankan bahwa hal ini tidak berarti lampu UV baru harus dihindari sepenuhnya, lampu UV perlu memiliki kekuatan yang sesuai untuk kondisi ruangan dan harus digunakan bersamaan dengan ventilasi yang tepat.

Baca juga: BERITA FOTO: Penyebab Kualitas Udara Jakarta Juni Lalu Terburuk di Dunia

Mereka menyarankan pendekatan seimbang di mana manfaat kesehatan dari cahaya UV dipertimbangkan dengan baik, tanpa mengabaikan pentingnya ventilasi.

Ventilasi membantu memasok udara segar ke dalam ruangan, menggantikan udara yang mungkin telah tercemar atau mengandung polutan.

Inovasi lampu UV perlu dievaluasi dengan cermat sebelum diterapkan secara luas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com