Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menciptakan Keseimbangan: Tantangan dan Peluang dalam Hubungan antara Ekonomi dan Konservasi

Kompas.com - 01/09/2023, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: S Andy Cahyono

DALAM era modern ini, pertumbuhan ekonomi yang cepat telah menjadi tujuan utama bagi banyak negara di seluruh dunia. Namun, semakin jelas bahwa pertumbuhan ini harus diimbangi dengan konservasi lingkungan yang serius.

Baca juga: Bambu: Rehabilitasi, Konservasi,dan Ekonomi Hijau

Keseimbangan antara ekonomi dan konservasi bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan perjalanan yang diperlukan untuk memastikan keberlanjutan planet ini bagi generasi mendatang.

Kita akan menjelajahi tantangan dan peluang yang ada dalam hubungan kompleks antara ekonomi dan konservasi.

Salah satu tantangan utama dalam mencapai keseimbangan antara ekonomi dan konservasi adalah konflik kepentingan.

Pembangunan ekonomi sering kali memerlukan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, seperti penebangan hutan yang tidak berkelanjutan, penggunaan lahan tanpa kendali, atau ekstraksi mineral dalam skala besar.

Sementara itu, upaya konservasi menekankan perlunya membatasi eksploitasi ini untuk melindungi keanekaragaman hayati dan keberlanjutan lingkungan.

Selain itu, tantangan lainnya adalah penilaian ekonomi yang tidak memadai terhadap nilai lingkungan. Dalam sistem ekonomi tradisional, aset alam sering dianggap sebagai "gratis" dan kurang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

Hal ini mengakibatkan kurangnya insentif untuk melindungi lingkungan secara berkelanjutan. Bahkan nilai asset alam yang dianggap nol, telah menjadikan eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya alam dan biodiversitas.

Baca juga: Mewujudkan Ekonomi Biru dan Hijau dengan Biomimikri: Meniru Alam Untuk Kesejahteraan Manusia

Meskipun ada banyak tantangan, ada peluang nyata dalam mengintegrasikan ekonomi dan konservasi untuk menciptakan keberlanjutan jangka panjang.

Pertama-tama, pendekatan ekonomi yang berfokus pada "ekonomi sirkular" telah muncul sebagai alternatif yang menjanjikan.

Dalam ekonomi sirkular, bahan-bahan dan sumber daya digunakan berulang kali, mengurangi limbah, dan dampak lingkungan negatif. Ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam bidang seperti daur ulang, teknologi bersih, perbaikan lingkungan, dan pemeliharaan.

Selain itu, ada bukti bahwa perlindungan lingkungan juga dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang langsung. Misalnya, ekowisata dapat memberikan pendapatan kepada komunitas lokal sambil melindungi alam liar.

Pemulihan ekosistem yang rusak, seperti hutan hujan tropis, dapat berdampak positif pada penyediaan air bersih, regulasi iklim, dan potensi pengembangan obat-obatan baru.

Bisnis konservasi juga dapat menjadi pendekatan baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com