Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Greenflation dan Biodiversitas: Tantangan dan Peluang untuk Keberlanjutan

Kompas.com - 31/03/2024, 16:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: S Andy Cahyono

KONTESTASI pilpres dalam debat terbaru makin panas, mengaduk emosi, dan mengajak berpikir ulang soal pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumberdaya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

Adu perspektif dan gagasan makin riuh saat terkait pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, terutama krisis iklim. Apalagi saat salah satu kontestan menanyakan sesuatu yang jarang terdengar, greenflation.

Krisis iklim dan lingkungan global direspons masyarakat yang peduli pada lingkungan dengan penggunaan produk ramah lingkungan (produk hijau).

Permintaan produk dan jasa hijau yang tinggi membuat peningkatan biaya/harga yang dihadapi oleh konsumen dan produsen.

Greenflation merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena dimana biaya atau harga produk, energi, dan layanan jasa yang dianggap ramah lingkungan atau berkelanjutan menjadi lebih tinggi atau mengalami peningkatan.

Namun demikian, tidak semua kenaikan harga yang terjadi disebabkan oleh greenflation. Greenflation menciptakan dinamika baru terutama dalam konteks biodiversitas yang semakin terancam.

Berikut beberapa hal penyebab greenflation:

1. Ketidakpastian pasar

Greenflation dapat terjadi karena permintaan yang tinggi terhadap produk, bahan baku, energi, dan layanan jasa ramah lingkungan/hijau yang melebihi pasokan yang tersedia.

Permintaan akan logam dan mineral yang diperlukan untuk transisi ramah lingkungan dan pasokan bahan tersebut tidak mampu segera dipenuhi, karena investasi pertambangan dan butuh waktu untuk eksploitasi sumberdaya tersebut.

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan ketidakpastian pasar sehingga menyebabkan peningkatan harga produk ramah lingkungan dan bahan baku untuk menghasilkannya, sehingga memicu greenflation.

2. Inovasi dan investasi

Dalam jangka Panjang, greenflation dapat menjadi insentif bagi inovasi dan investasi bagi teknologi ramah lingkungan, meskipun biaya awalnya akan tinggi untuk pengembangan teknologi baru.

Namun adanya inovasi yang dapat mengefisienkan produksi akan dapat mengurangi harga seiring waktu berjalan.

3. Kebijakan kewajiban lingkungan

Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong atau menghambat greenflation, melalui subsidi, pajak, insentif dan peraturan lingkungan yang dapat mempengaruhi biaya produksi dan harga jual produk hijau.

Greenflation dapat juga disebabkan dengan adanya kewajiban bagi perusahaan untuk mematuhi standar lingkungan yang lebih ketat. Adanya peningkatan biaya produksi untuk memenuhi regulasi lingkungan akan menyebabkan peningkatan harga jual akhir ke konsumen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com