Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Greenflation dan Biodiversitas: Tantangan dan Peluang untuk Keberlanjutan

Oleh: S Andy Cahyono

KONTESTASI pilpres dalam debat terbaru makin panas, mengaduk emosi, dan mengajak berpikir ulang soal pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, sumberdaya alam dan energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

Adu perspektif dan gagasan makin riuh saat terkait pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, terutama krisis iklim. Apalagi saat salah satu kontestan menanyakan sesuatu yang jarang terdengar, greenflation.

Krisis iklim dan lingkungan global direspons masyarakat yang peduli pada lingkungan dengan penggunaan produk ramah lingkungan (produk hijau).

Permintaan produk dan jasa hijau yang tinggi membuat peningkatan biaya/harga yang dihadapi oleh konsumen dan produsen.

Greenflation merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena dimana biaya atau harga produk, energi, dan layanan jasa yang dianggap ramah lingkungan atau berkelanjutan menjadi lebih tinggi atau mengalami peningkatan.

Namun demikian, tidak semua kenaikan harga yang terjadi disebabkan oleh greenflation. Greenflation menciptakan dinamika baru terutama dalam konteks biodiversitas yang semakin terancam.

Berikut beberapa hal penyebab greenflation:

1. Ketidakpastian pasar

Greenflation dapat terjadi karena permintaan yang tinggi terhadap produk, bahan baku, energi, dan layanan jasa ramah lingkungan/hijau yang melebihi pasokan yang tersedia.

Permintaan akan logam dan mineral yang diperlukan untuk transisi ramah lingkungan dan pasokan bahan tersebut tidak mampu segera dipenuhi, karena investasi pertambangan dan butuh waktu untuk eksploitasi sumberdaya tersebut.

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan ketidakpastian pasar sehingga menyebabkan peningkatan harga produk ramah lingkungan dan bahan baku untuk menghasilkannya, sehingga memicu greenflation.

2. Inovasi dan investasi

Dalam jangka Panjang, greenflation dapat menjadi insentif bagi inovasi dan investasi bagi teknologi ramah lingkungan, meskipun biaya awalnya akan tinggi untuk pengembangan teknologi baru.

Namun adanya inovasi yang dapat mengefisienkan produksi akan dapat mengurangi harga seiring waktu berjalan.

3. Kebijakan kewajiban lingkungan

Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong atau menghambat greenflation, melalui subsidi, pajak, insentif dan peraturan lingkungan yang dapat mempengaruhi biaya produksi dan harga jual produk hijau.

Greenflation dapat juga disebabkan dengan adanya kewajiban bagi perusahaan untuk mematuhi standar lingkungan yang lebih ketat. Adanya peningkatan biaya produksi untuk memenuhi regulasi lingkungan akan menyebabkan peningkatan harga jual akhir ke konsumen.

Kebijakan disinsentif yang membuat harga bahan bakar fosil lebih mahal, pajak karbon, dan tuntutan regulasi dapat membuat greenflation.

4. Transisi energi

Suatu negara atau perusahaan yang dalam proses transisi energi menuju energi terbarukan, maka biaya infrastruktur baru dan penghentian penggunaan sumber energi fosil dapat menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi yang selanjutnya ditransmisikan ke harga produk dan layanan yang diterima konsumen.

5. Keseimbangan harga dan keberlanjutan

Greenflation menyadarkan akan perlunya mencari keseimbangan antara harga yang terjangkau dan keberlanjutan lingkungan jangka panjang. Perlu aransemen kebijakan yang dapat mendukung ekonomi berkelanjutan tanpa menciptakan tekanan ekonomi.

6. Peran Konsumen

Konsumen berperan penting terhadap greenflation, kesadaran akan produk ramah lingkungan yang dicerminkan dengan peningkatan permintaan produk hijau sehingga harganya menjadi semakin mahal.

Namun kenaikan harga tersebut dapat memberikan sinyal bagi produsen untuk meningkatkan produksi. 

Dampak greenflation terhadap ekonomi dan lingkungan

Greenflation dapat menyebabkan produsen dan konsumen tertekan dengan harga produk dan jasa yang tinggi. Harga tinggi tersebut dapat mengakibatkan tertahannya pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Namun harga produk hijau yang tinggi tersebut dapat meningkatkan investasi di sektor yang menghasilkan produk hijau selain menciptakan lapangan kerja baru terutama green job serta mendorong efisiensi dan inovasi.

Peran penelitian dan inovasi menjadi titik kunci percepatan pengendalian greenflation tersebut. Sektor yang tidak mendukung produk hijau akan kesulitan bersaing di pasar yang semakin berorientasi lingkungan dan perubahan pola konsumsi yang lebih berkelanjutan.

Greenflation yang dikelola dengan baik akan menurunkan jejak karbon dan penanganan persoalan perubahan iklim dengan stimulus permintaan untuk teknologi dan inovasi produk hijau.

Di sisi lain, greenflation akan mendorong inovasi teknologi yang lebih efisien dalam menghasilkan produk hijau. Namun permintaan produk hijau yang tinggi dan pasokan yang terbatas akan mengakibatkan eksploitasi sumberdaya yang berlebih.

Pada kondisi ini kerusakan lingkungan dan ekosistem tidak dapat terhindarkan untuk memenuhi bahan baku produk hijau.

Tantangan greenflation terhadap biodiversitas

Beberapa tantangan adanya greenflation terhadap kondisi biodiversitas

1. Eksploitasi sumberdaya

Greenflation yang meningkatkan harga produk hijau dan bahan baku untuk menghasilkan produk hijau akan mendorong eksploitasi sumberdaya lebih intensif dan ekstensif.

Eksploitasi mencari bahan baku bagi produk hijau akan mengancam keberlanjutan dan biodiversitas hayati pada hutan, ekosistem dan wilayah dimana sumberdaya tersebut akan dieksploitasi.

2. Konversi habitat

Sumberdaya mineral yang lebih banyak dibutuhkan pada produk hijau dan dengan harga yang tinggi akan menjadi insentif untuk mengkonversi banyak habitat alami dan mengurangi ruang kehidupan liar.

3. Perubahan pola konsumsi

Konsumen yang sadar lingkungan akan beralih ke produk hijau yang berdampak rendah. Namun, perubahan pola konsumsi tersebut dapat menciptakan tekanan baru pada spesies dan ekosistem lain dimana produk hijau tersebut dihasilkan dengan sumberdaya lainnya.

Peluang greenflation untuk keberlanjutan

1. Pengembangan inovasi produk hijau

Adanya harga produk hijau yang tinggi akan mendorong innovator dan perusahaan berusaha mengembangan inovasi produk hijau lebih efisien, berfokus pada siklus hidup produk untuk mengurangi dampak pada biodiversitas dan ekosistem.

2. Pendukung pertanian berkelanjutan dan industri rendah karbon

Greenflation akan mendorong produk berkelanjutan ramah lingkungan, produk organik dan industri rendah karbon. Dalam jangka panjang, inovasi dan efisiensi akan dapat menurunkan biaya produksi.

3. Investasi dalam pelestarian ekosistem

Adanya keuntungan yang tinggi dari greenflation dapat dialokasikan untuk program pelestarian lingkungan, restorasi ekosistem, perlindungan habitat, dan biodiversitas hayati.

Greenflation dapat membawa konsekuensi serius pada biodiversitas, tetapi juga menciptakan peluang untuk mendorong pelestarian ekosistem serta biodiversitas.

Penting bagi pemerintah, industri, masyarakat, peneliti, akademisi, dan semua stakeholder untuk bekerjasama merancang solusi untuk keseimbangan antara keberlanjutan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Pendekatan yang seimbang tersebut dapat memastikan bahwa greenflation tidak hanya meningkatkan harga produk tetapi juga melestarikan biodiversitas hayati yang penting bagi kehidupan di bumi.

Penelitian dan inovasi menjadi keharusan untuk mengelola greenflation pada transisi ke pembangunan yang berkelanjutan.

Greenflation bukan persoalan recehan dan tidak ilmiah yang tidak perlu dijawab, meskipun greenflation masih penuh perdebatan diantara ilmuwan. Greenflation merupakan persoalan yang penuh tantangan sekaligus menciptakan harapan.

Persoalan greenflation dan biodiversitas merupakan persoalan dipelupuk mata sehingga sering tidak terlihat dan terabaikan.

S Andy Cahyono

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2024/03/31/163400223/greenflation-dan-biodiversitas-tantangan-dan-peluang-untuk-keberlanjutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke