Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Air Limbah Nuklir Fukushima yang Dibuang ke Laut Itu Aman?

Kompas.com - 25/08/2023, 19:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Pembuangan air limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, perlahan mulai dilepas ke laut.

Operator Fukushima mengatakan, sampel air dari pembuangan limbah nuklir itu berada dalam batas aman, dikutip dari Phys, Jumat (25/8/2023).

Analisis tingkat radioaktivitas dari sampel yang dimbil setelah pembuangan air limbah dari reaktor nuklir Fukushima menunjukkan, masih berada dalam batas aman.

Pada hari sebelumnya, sebanyak 1,34 juta ton air limbah mulai dilepas ke lautan di Samudra Pasifik. Air limah tersebut dikumpulkan di lokasi PLTN yang dilanda tsunami pada 12 tahun lalu.

Upaya pembuangan air limbah nuklir ini telah mengundang berbagai reaksi penolakan di duia, salah satunya China yang mengeluarkan pernyataan untuk melarang semua impor makanan laut dari Jepang.

Baca juga: Mengapa Limbah Pembangkit Nuklir Fukushima-Daiichi Dibuang ke Laut?

Hasil sampel tingkat radioaktif air limbah nuklir

TEPCO, operator Fukushima, melakukan tes cepat pada, Kamis (24/8/2023), setelah pelepasan air limbah nuklir ke Samudra Pasifik. Lalu, pada hari ini, hasil tes sampel menunjukkan tingkat radioaktivitas masih di batas aman.

"Kami mengkonfirmasi bahwa nilai yang dianalisis sama dengan konsentrasi yang dihitung dan bahwa nilai yang dianalisis berada di bawah 1.500 bq/L," kata juru bicara TEPCO, Keisuke Matsuo, dalam sebuah konferensi pers.

Untuk diketahui, Becquerels per liter adalah ukuran radioaktivitas, sedangkan standar keamanan nasional adalah 60.000 bq/L.

Matsuo menambahkan, hasil sampel tersebut mirip dengan simulasi yang telah dilakukan mereka dan bahkan hasilnya jauh lebih rendah.

"Dengan memberikan penjelasan yang cepat dan mudah dipahami, kami berharap dapat menghilangkan berbagai kekhawatiran," imbuhnya.

Pengujian sampel air dari pelepasan air limbah nuklir Fukushima juga dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang. Mereka telah mengumpulkan sampel air laut dari 11 lokasi yang berbeda, dan hasilnya akan dirilis pada Minggu (27/8/2023).

Baca juga: Limbah Radioaktif Fukushima Akan Dibuang ke Samudra Pasifik, Berbahayakah?

 

"Dengan mempublikasikan data-data tersebut setiap hari dengan cara yang sangat transparan, kami akan menunjukkan tindakan kami berdasarkan bukti ilmiah," kata Menteri Perdagangan dan Industri Yasutoshi Nishimura, yang bertanggung jawab atas kebijakan nuklir.

Air limbah nuklir Fukushima

Menurut TEPCO, air yang digunakan untuk mendinginkan sisa-sisa tiga reaktor nuklir dari PLTN Fukushima yang hancur akibat tsunami 2011 lalu itu, telah disaring dari semua elemen radioaktif, kecuali tritium, dan aman.

Upaya ini juga mendapat dukungan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengatakan pada hari Kamis bahwa sampel yang diambil dari batch pertama air encer yang disiapkan untuk dibuang menunjukkan tingkat tritium masih dalam batas aman.

"Para ahli IAEA berada di lapangan untuk menjadi pengawas bagi komunitas internasional dan memastikan pembuangan tersebut dilakukan sesuai rencana dan konsisten dengan standar keamanan IAEA," kata kepala badan PBB tersebut, Rafael Grossi, dalam sebuah pernyataan.

Terhadap rencana pembuangan air limbah nuklir Fukushima, sebagian besar abalis menyetujuinya, kendati kelompok pemerhati lingkungan, seperti Greenpeace, mengatakan bahwa proses penyaringan ALPS, tidak berfungsi dan sejumlah besar adioaktif akan dilepaskan ke laut.

Baca juga: Limbah Infeksius Corona Dianggap Bahaya, Ini Prosedur Mengolahnya di Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com