Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2023, 21:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Bayangkan Kota A dan Kota B yang terletak di dua sisi gunung yang berlawanan. Orang-orang dari Kota A tentu harus melakukan perjalanan mengelilingi gunung untuk sampai ke Kota B.

Tetapi, jika mereka ingin sampai di Kota B lebih cepat, mereka bisa menggali terowongan langsung melalui gunung untuk membuat jalan pintas ke Kota B. Secara sederhana, inilah ide di balik teori wormhole atau lubang cacing.

Lubang cacing digambarkan seperti terowongan antara dua titik jauh di alam semesta, yang memotong waktu perjalanan dari satu titik ke titik lainnya.

Alih-alih bepergian selama jutaan tahun dari satu galaksi ke galaksi lain, kita, secara teoretis, dapat menggunakan lubang cacing untuk mempersingkat waktu perjalanan menjadi hitungan jam atau bahkan menit.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Lubang Cacing?

Jadi, apakah lubang cacing benar-benar ada di luar angkasa? Jika ada, apakah lubang cacing bekerja seperti mesin waktu?

Teori lubang cacing

Teori lubang cacing mendalilkan bahwa perjalanan teoretis melalui ruang-waktu dapat menciptakan jalan pintas untuk perjalanan panjang melintasi alam semesta.

Dilansir dari Space, lubang cacing pertama kali diteorikan pada tahun 1916. Saat meninjau solusi fisikawan lain untuk persamaan dalam teori relativitas umum Albert Einstein, fisikawan asalbAustria Ludwig Flamm menyadari solusi lain yang mungkin.

Flamm menggambarkan sebuah "lubang putih", pembalikan waktu teoretis dari sebuah lubang hitam. Pintu masuk ke lubang hitam dan putih dapat dihubungkan oleh saluran ruang-waktu.

Pada tahun 1935, Einstein dan fisikawan Nathan Rosen menggunakan teori relativitas umum untuk menguraikan gagasan tersebut, mengusulkan adanya "jembatan" yang melalui ruang-waktu.

Baca juga: Jika Ada Lubang Hitam, Mungkinkah Lubang Putih Juga Ada?

Jembatan ini menghubungkan dua titik berbeda dalam ruang-waktu, secara teoritis menciptakan jalan pintas yang dapat mengurangi waktu dan jarak perjalanan. Pintasan itu kemudian disebut jembatan Einstein-Rosen atau yang kemudian dikenal sebagai lubang cacing.

Stephen Hsu, profesor fisika teoretis di University of Oregon, mengatakan bahwa saat ini, semua tentang lubang cacing sangat hipotetis. Tidak ada yang memprediksi bahwa ilmuwan dapat menemukan lubang cacing dalam waktu dekat.

Teori relativitas umum Einstein secara matematis memprediksi keberadaan lubang cacing, tetapi hingga saat ini belum ada yang ditemukan. Lubang cacing bermassa negatif mungkin terlihat dari cara gravitasinya memengaruhi cahaya yang lewat.

Solusi relativitas umum tertentu memungkinkan adanya lubang cacing yang mulutnya masing-masing adalah lubang hitam.

Namun, lubang hitam yang terjadi secara alami, yang terbentuk dari runtuhnya bintang yang mati, tidak dengan sendirinya menciptakan lubang cacing.

Baca juga: Gaia BH1, Lubang Hitam yang Terdekat dari Bumi

Ilmuwan ragu dengan keberadaan lubang cacing

Meskipun teori relativitas umum Einstein menjelaskan dan memprediksi keberadaan lubang cacing, ilmuwan lain berpendapat bahwa lubang cacing tidak mungkin ada karena terlalu tidak stabil.

Melansir Astronomy, tarikan gravitasi yang konstan memengaruhi setiap objek di alam semesta, termasuk Bumi. Jadi, gravitasi juga akan berpengaruh pada lubang cacing.

Para ilmuwan yang skeptis tentang lubang cacing percaya bahwa dalam waktu singkat bagian tengah lubang cacing akan runtuh karena gravitasinya sendiri, kecuali ada gaya yang mendorong keluar dari dalam lubang cacing untuk melawan gaya itu.

Cara yang paling mungkin dilakukan adalah menggunakan apa yang disebut "energi negatif", yang dapat melawan gravitasi dan menstabilkan lubang cacing.

Baca juga: Apakah Lubang Hitam Besar Bisa Menelan Semesta?

Namun, sejauh yang diketahui para ilmuwan, energi negatif hanya dapat diciptakan dalam jumlah yang terlalu kecil untuk menangkal gravitasi lubang cacing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com