Seperti Apa Penguin Terkecil yang Pernah Hidup di Selandia Baru?

KOMPAS.com - Baru-baru ini, spesies penguin baru yang telah punah, berdasarkan analisis fosil tengkorak yang berukuran cukup kecil yang ditemukan di Selandia Baru.

Spesies penguin ini diketahui sebagai penguin terkecil yang pernah hidup di Bumi, memiliki bentuk seperti penguin kecil yang hidup saat ini, beratnya diperkirakan hanya sekitar 2 Kg.

Dilansir dari Live Science, Sabtu (8/7/2023), spesies penguin terkecil prasejarah diketahui pernah hidup di Selandia pada 3 juta tahun yang lalu.

Peneliti menemukan dua tengkorak fosil milik spesies yang baru ditemukan.

Spesies penguin ini pun kemudian dinamai penguin kecil Wilson (Eudyptula wilsonae), yang ditemukan di wilayah Taranaki selatan di Pulau Utara negara itu.

Bentuk tengkorak dari fosil tersebut berasal dari penguin dewasa dan penguin remaja, yang mana tengkorak tersebut tampak mirip dalam ukuran dan bentuk dari penguin kecil (Eudyptula minor), yang masih ada sampai sekarang dan merupakan spesies penguin terkecil di dunia yang masih hidup.

Baca juga: Seperti Apa Wujud Penguin Raksasa yang Pernah Hidup di Bumi?

Sayangnya, penemuan tulang penguin terkecil prasejarah ini relatif tidak lengkap, sehingga para peneliti tidak yakin seberapa kecil burung yang telah punah tersebut.

Akan tetapi, jika membandingkan dengan spesies penguin kecil yang ada saat ini, tubuhnya hanya tumbuh hingga ukuran maksimum sekitar 35 Cm dengan berat sekitar 0,9 Kg

Temuan fosil dari spesies penguin terkecil yang pernah hidup 3 juta tahun lalu di Selandia Baru tersebut telah dideskripsikan dalam makalah studi yang dipublikasikan di Journal of Paleontology pada 21 Juni 2023 lalu.

Penguin terkecil di dunia saat ini

Sementara itu, penguin kecil yang saat ini masih hidup memiliki emat subspesies yang hidup di seluruh Selandia Baru, daratan Australia dan Tasmania.

Akan tetapi, hingga saat ini, para peneliti tidak yakin, darimana penguin-penguin kecil tersebut berasal.

Hasil penemuan fosil penguin terkecil di dunia yang baru ini, menurut peneliti, menunjukkan bahwa genus dari burung yang tidak bisa terbang tersebut memiiki asal-usul yang kuat di Selandia Baru.

Baca juga: Seperti Apa Cumi-cumi Transparan Hasil Rekayasa Genetik Ilmuwan?