Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menuju Swasembada Kedelai

Kompas.com - 04/07/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.

KEDELAI merupakan sumber pangan penting ketiga setelah padi dan jagung. Rata-rata produksi kedelai nasional selama tahun 2015-2022 ialah 687 ribu ton/tahun.

Baca juga: Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kacang Kedelai untuk Kesehatan

Produksi tahun 2022 mencapai 0,99 juta ton dengan produktivitas 1,60 ton/ha. Ketersediaan sumber protein nabati yang relatif murah tak luput dari kebijakan impor. Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kedelai terbesar dunia, bahkan 75 persen dari kebutuhan domestik.

Arus impor lima tahun terakhir rata-rata 2,6 juta ton kedelai, dengan nilai 1,2 miliar US dollar. Impor kedelai berasal dari Amerika (86 persen), Canada (9 persen), Argentina (3 persen), dan negara lain (2 persen), yang terus meningkat hingga 2,56 persen/tahun.

Langkah impor ditempuh sebagai solusi instan menjaga stabilitas harga dan memenuhi kebutuhan kedelai yang mencapai 2,9 juta ton/tahun.

Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai sangat tinggi. Produk pangan kedelai seperti tempe, tahu, kecap, tauco, dan susu sangat populer dalam menu keseharian masyarakat.

Kedelai juga menjadi bahan baku industri pakan ternak. Namun, kini terjadi penurunan produksi kedelai di Pulau Jawa sebesar 18,29 persen/tahun dan di sentra pertanian luar Pulau Jawa 8,37 persen.

Luas tanam pun mengalami trend penurunan hingga 11,16 persen/tahun.

Sulitnya pengembangan produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh kepemilikan lahan petani relatif sempit sehingga budidaya kedelai umumnya tidak intensif. Usaha tani kedelai dinilai bukan pendapatan utama bagi keluarga tani.

Keterbatasan akses varietas spesifik lokasi dengan produktivitas tinggi dan kendala gagal/kerusakan panen akibat perubahan iklim juga menurunkan daya usaha petani kedelai.

Baca juga: Konsumsi Kedelai Bisa Turunkan Risiko Demensia, Kok Bisa?

Kelesuan usaha tani kedelai juga diakibatkan oleh harga jual panen yang relatif kurang menjanjikan dibandingkan komoditas pesaing, seperti kacang hijau atau jagung.

Kedelai kurang mendapat insensif pemerintah. Harga panen kedelai berkisar Rp 10.000-11.500/kg di tingkat petani. Harga selalu menjadi dilema, ketika harga tinggi, petani lebih semangat bertanam kedelai.

Namun, konsumen terbebani, akibat produk polong ini semakin mahal.

Kendala pengembangan kedelai nasional tidak sepantasnya berkepanjangan. Program swasembada kedelai perlu realisasi dalam waktu sesingkatnya.

Riset pendukung kedelai merupakan bagian yang sangat penting, perlu berkelanjutan, bahkan ditingkatkan menuju swasembada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com