Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menuju Swasembada Kedelai

Oleh: Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.

KEDELAI merupakan sumber pangan penting ketiga setelah padi dan jagung. Rata-rata produksi kedelai nasional selama tahun 2015-2022 ialah 687 ribu ton/tahun.

Produksi tahun 2022 mencapai 0,99 juta ton dengan produktivitas 1,60 ton/ha. Ketersediaan sumber protein nabati yang relatif murah tak luput dari kebijakan impor. Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor kedelai terbesar dunia, bahkan 75 persen dari kebutuhan domestik.

Arus impor lima tahun terakhir rata-rata 2,6 juta ton kedelai, dengan nilai 1,2 miliar US dollar. Impor kedelai berasal dari Amerika (86 persen), Canada (9 persen), Argentina (3 persen), dan negara lain (2 persen), yang terus meningkat hingga 2,56 persen/tahun.

Langkah impor ditempuh sebagai solusi instan menjaga stabilitas harga dan memenuhi kebutuhan kedelai yang mencapai 2,9 juta ton/tahun.

Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai sangat tinggi. Produk pangan kedelai seperti tempe, tahu, kecap, tauco, dan susu sangat populer dalam menu keseharian masyarakat.

Kedelai juga menjadi bahan baku industri pakan ternak. Namun, kini terjadi penurunan produksi kedelai di Pulau Jawa sebesar 18,29 persen/tahun dan di sentra pertanian luar Pulau Jawa 8,37 persen.

Luas tanam pun mengalami trend penurunan hingga 11,16 persen/tahun.

Sulitnya pengembangan produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh kepemilikan lahan petani relatif sempit sehingga budidaya kedelai umumnya tidak intensif. Usaha tani kedelai dinilai bukan pendapatan utama bagi keluarga tani.

Keterbatasan akses varietas spesifik lokasi dengan produktivitas tinggi dan kendala gagal/kerusakan panen akibat perubahan iklim juga menurunkan daya usaha petani kedelai.

Kelesuan usaha tani kedelai juga diakibatkan oleh harga jual panen yang relatif kurang menjanjikan dibandingkan komoditas pesaing, seperti kacang hijau atau jagung.

Kedelai kurang mendapat insensif pemerintah. Harga panen kedelai berkisar Rp 10.000-11.500/kg di tingkat petani. Harga selalu menjadi dilema, ketika harga tinggi, petani lebih semangat bertanam kedelai.

Namun, konsumen terbebani, akibat produk polong ini semakin mahal.

Kendala pengembangan kedelai nasional tidak sepantasnya berkepanjangan. Program swasembada kedelai perlu realisasi dalam waktu sesingkatnya.

Riset pendukung kedelai merupakan bagian yang sangat penting, perlu berkelanjutan, bahkan ditingkatkan menuju swasembada.

Program pengembangan kedelai

Target swasembada nasional pada tahun 2026 harus berfokus pada percepatan solusi masalah kekinian. Inovasi budidaya kedelai diperlukan, saat ini petani cenderung enggan menanam kedelai yang teknisnya rumit.

Upaya ekstensifikasi atau penambahan lahan baru untuk pertanaman kedelai juga harus terealisasi. Peluang peningkatan produksi kedelai nasional juga terbuka lebar melalui teknologi pasca panen dan pengolahan pangan.

Program riset yang dinilai penting untuk mendukung pengembangan kedelai yaitu (a) perakitan varietas unggul baru dengan potensi hasil minimal 3 ton/ha, dengan rata-rata hasil minimal 2,5 ton/ha di berbagai agroekosistem, (b) perakitan teknologi budidaya maju mendukung potensi hasil, termasuk pengendalian hama/penyakit yang efektif, efisien, serta ramah lingkungan, (c) eksplorasi dan ekstensifikasi lahan kedelai, serta (d) identifikasi faktor pendukung dan penghambat penumbuhan industri benih kedelai yang berkesinambungan.

Upaya intensifikasi menuju swasembada kedelai difokuskan pada program khusus tanam kedelai lokal, bantuan sarana produksi untuk menurunkan biaya, dan pendampingan inovasi budidaya bagi petani.

Penerapan rekomendasi yang memperkecil senjang hasil antara potensi produksi (2,5 ton/ha) dan hasil aktual petani (1,6 ton/ha) juga langkah nyata menggenjot pemenuhan kedelai dalam negeri.

Varietas sebagai cikal benih dan faktor utama usaha tani.

Selama tiga dasawarsa telah dilepas 70 varietas kedelai unggul. Varietas yang berkembang diantaranya Biosoy-1, Biosoy-2, Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Dega-1, Kaba, Ijen, Malika, Arjasari, Detam-1, Detam-2, Detam-3, Detam 4, Gema, Dering, Gepak Ijo, Wilis, Kepak Kuning, Denasa, Dena-1, Dena-2, Burangrang, Panderman, Argopuro, Gumitir, Baluran, Bromo, dan Muria.

Penggunaan benih bermutu skala nasional masih rendah dan perlu dipromosikan melalui jalur benih antar lapang dan musim.

Penggunaan benih kedelai bersertifikat oleh petani masih 53,18 persen dari total benih legal yang tersedia. Kedelai tahun 2022 pada luas tanam 784.440 ha, membutuhkan benih sekitar 39.225 ton, namun benih hanya tersedia sekitar 30 persennya.

Kemampuan menyediakan benih kedelai jumlah cukup, terjamin kualitas fisik, genetis, fisiologis, serta kontinuitas pasokan yang tepat sangat penting.

Indonesia merupakan negara megabiodiversity terbesar kedua dunia, setelah Brazil. Negeri ini dianugerahi potensi 100 spesies kacang-kacangan.

Sumber protein alternatif seyogyanya diperkuat melalui penelitian, pengembangan, dan konsumsi sebagai pangan alternatif sehat, sekaligus subtitusi ketergantungan kedelai.

Adaptabilitas kedelai

Kedelai ialah tanaman kosmopolit dari daratan China bagian timur laut. Pada abad ke-21 kedelai menyebar keseluruh dunia. Adaptasi tanaman kedelai sangat luas, mulai wilayah tropik hingga sub tropik.

Penerapan teknologi spesifik lokasi meningkatkan produktivitas kedelai. Ragam agroekosistem membutuhkan inovasi sesuai musim tanam, kondisi biofisik lahan, dan sosial ekonomi petani.

Upaya teknis pemilihan varietas, pengaturan populasi, rekomendasi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, penggunaan alsintan prapanen, dan pascapanen memacu produksi kedelai.

Pertanaman kedelai umumnya di musim kemarau. Air menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman.

Pengaturan saluran drainase dan pengairan untuk populasi tanaman 500.000/ha di fase berbunga, akan meningkatkan hasil polong hingga 15-20 persen atau panen 3,11 ton/ha.

Pada sisi kebijakan, swasembada kedelai ditempuh melalui program subsidi bantuan benih kedelai bermutu, subsidi pupuk, pestisida, herbisida, dan mikroorganisme penambat Nitrogen.

Hibah alat tanam, alat panen, pompa air, kelengkapan produksi benih bermutu, serta penetapan harga dasar pembelian kedelai bertujuan mencukupi kebutuhan kedelai nasional.

Kemudahan akses pembiayaan usaha tani melalui Kredit Usaha Rakyat dan asuransi pertanian juga dikemas sebagi upaya kemandirian pangan.

Regulasi pendukung

Tata regulasi mendorong perkembangan sistem usaha kedelai menjadi kompetitif. Tugas negara dalam penyediaan pangan bagi penduduk tertuang eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Upaya kebijakan ini bertujuan mencapai kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan nasional.
Intervensi pemerintah melalui Undang-Undang nomor 11 tahun 2021 tentang Cipta Kerja juga berdampak mengarahkan pertanian berbasis permintaan pasar dan preferensi konsumen. Kebijakan mendorong pertanian lebih efisien dan berdaya saing di pasar lokal maupun global.

Eskalasi produksi yang ditunjang strategi intensifikasi usaha tani, upaya modernisasi pertanian, promosi pasar, dan sertifikasi mutu hasil meningkatkan kedaulatan pangan kedelai.

Kemandirian dan ketrampilan sumber daya manusia pertanian, serta tersedianya sarana prasarana pendukung turut mempercepat swasembada kedelai.

Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.
Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan - BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/04/080000723/menuju-swasembada-kedelai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke