Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Bahaya Zona Kematian di Gunung Everest?

Kompas.com - 11/06/2023, 14:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Gunung Everest merupakan gunung tertinggi di dunia, yang ketinggiannya mencapai 8.849 meter.

Orang pertama yang tercatat mendaki Gunung Everest adalah Edmund Hillary dan pemandunya dari Tibet, Tenzing Norgay. Sejak saat itu, mendaki Gunung Everest menjadi ekspedisi yang menantang bagi para pendaki gunung.

Namun, pendakian Everest tentunya tidak mudah dan berbahaya. Dibutuhkan banyak pengalaman mendaki gunung, serta sertifikat kesehatan yang baik, peralatan, dan pemandu yang terlatih. 

Zona kematian di Gunung Everest 

Dilansir dari The Science Times, zona kematian Gunung Everest adalah area di sepanjang puncak yang terletak 8.000 m di atas permukaan laut.

Baca juga: Seberapa Dingin Puncak Gunung Everest?

Di wilayah ini, tingkat oksigen di atmosfer turun hingga 40%. Selain itu, pendaki gunung juga terpapar radiasi UV yang lebih kuat, suhu yang beku, dan cuaca yang ekstrem.

Manusia secara alami hidup di wilayah dengan tingkat gas oksigen di atmosfer sekitar 21%. Ini adalah kondisi ideal yang memungkinkan hemoglobin jenuh dalam tubuh manusia. 

Di area Gunung Everest yang semakin tinggi, tekanan atmosfer menurun, menghasilkan tingkat oksigen yang juga lebih rendah di udara. Ini mengakibatkan hemoglobin tidak menjadi jenuh dan tubuh tidak akan menerima oksigen yang cukup.

Untuk menghirup jumlah oksigen yang diperlukan, seorang pendaki harus meningkatkan laju pernapasannya, meskipun sedang istirahat. 

Baca juga: Mengapa Buaya di Kaki Gunung Himalaya Berubah Warna Menjadi Oranye?

Penurunan kadar oksigen juga akan menyebabkan peningkatan detak jantung dan peningkatan risiko serangan jantung. 

Jika pendaki gunung dapat menyesuaikan diri dengan ketinggian, mereka dapat mengalami penyakit gunung akut dan kondisi lain seperti edema paru ketinggian tinggi dan edema serebral ketinggian tinggi.

Selain risiko kesehatan dari penurunan kadar oksigen, mencapai zona kematian Gunung Everest juga membuat pendaki terpapar tingkat radiasi matahari yang lebih tinggi. Radiasi UV dapat memantulkan es dan menyebabkan kerusakan pada mata.

Berapa suhu di Gunung Everest?

Mengutip Everester, suhu terendah yang pernah tercatat di puncak Gunung Everest adalah -70,5°C. Angka ini dicatat oleh tim Korea-Jerman selama pendakian ke puncak pada November 1975.

Baca juga: 5 Gunung Api Aktif yang Paling Tua di Dunia

Ketinggian 4.000 m di atas permukaan laut tidak menghasilkan tekanan atmosfer yang cukup untuk mendinginkan udara secara signifikan. 

Kurangnya tekanan inilah yang menyebabkan kekeringan dan dinginnya daerah dataran tinggi. Akibatnya, kelembapan di udara sangat sedikit dan suhu turun tajam.

Bahkan, dengan standar ketinggian yang tinggi, musim panas di pegunungan sangat dingin. Di puncak Gunung Everest, suhu biasanya sekitar -10°C di bulan-bulan musim panas.

Pada musim gugur dan musim dingin, suhu turun di bawah 0°C di lereng barat Gunung Everest, hingga -20°C atau -30°C di sisi timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com