Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Letusan Gunung Tonga Bisa Hangatkan Bumi

Kompas.com - 27/09/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti masih terus menganalisis dampak ledakan dahsyat letusan gunung berapi bawah laut Tonga yang terjadi awal tahun ini.

Kini mereka menemukan bahwa dampak letusan ternyata bisa menghangatkan Bumi.

Dikutip dari Live Science, Minggu (25/9/2022) baru-baru ini peneliti menghitung bahwa letusan gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apa memuntahkan 50 juta ton uap air ke atmosfer. Itu belum termasuk sejumlah besar abu dan gas vulkanik.

Baca juga: Letusan Gunung Tonga Disebut sebagai Ledakan Terbesar di Atmosfer, Studi Jelaskan

Injeksi uap besar-besaran ini meningkatkan jumlah kelembaban di stratosfer global, sekitar 5 persen dan dapat memicu siklus pendinginan stratosfer dan pemanasan permukaan Bumi.

Efek ini menurut sebuah studi baru, dapat bertahan selama berbulan-bulan mendatang.

Letusan Tonga yang dimulai pada 13 Januari dan memuncak dua hari setelahnya adalah letusan terkuat yang bisa disaksikan dalam beberapa dekade.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat ledakan itu meluas sejauh 260 kilometer dan mengirim abu, uap, dan gas hingga 20 km ke udara.

Letusan gunung berapi besar biasanya mendinginkan planet dengan menyemburkan belerang dioksida ke lapisan atas atmosfer bumi, yang menyaring radiasi matahari.

Partikel batu dan abu juga dapat mendinginkan planet untuk sementara dengan menghalangi sinar matahari.

Dengan cara ini, aktivitas vulkanik di masa lalu telah berkontribusi pada perubahan iklim global, memicu kepunahan massal jutaan tahun yang lalu.

Tetapi pada kasus Tonga, gumpalan vulkanik bawah air Tonga mengirim sejumlah besar uap air ke stratosfer.

Sebagai akibatnya, uap air itu menyerap radiasi matahari dan memancarkannya kembali sebagai panas sehingga membuat Bumi akan memanas.

Baca juga: Ahli Sebut Longsor Mungkin Jadi Penyebab Letusan Gunung Tonga, Mirip Anak Krakatau 2018

Tetapi, karena uapnya lebih ringan daripada aerosol vulkanik lainnya dan tak terlalu terpengaruh oleh tarikan gravitasi, akan diperlukan waktu lebih lama untuk menghilangkan efek pemanasan tersebut.

"Pemanasan dapat berlanjut selama beberapa bulan mendatang," kata para ilmuwan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science.

Penelitian sebelumnya mengenai letusan Tonga menemukan bahwa letusan mengeluarkan uap air yang cukup untuk mengisi 58.000 kolam renang ukuran Olimpiade. Jumlah kelembabab atmosfer yang luar biasa ini berpotensi melemahkan lapisan ozon.

Sementara dalam studi baru peneliti juga menyebut sejumlah besar uap air memang dapat memodifikasi siklus kimia yang mengontrol ozon stratosfer.

"Namun perlu studi rinci untuk mengukur efek pada jumlah ozon, karena reaksi kimia lain mungkin memainkan peran juga," tambah para peneliti.

Baca juga: Ahli Sebut Letusan Gunung Berapi Tonga Sebabkan Dampak Serupa seperti Badai Matahari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com