Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Gunung Tonga Disebut sebagai Ledakan Terbesar di Atmosfer, Studi Jelaskan

Kompas.com - 17/05/2022, 11:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com - Gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Pasifik Selatan meletus pada 15 Januari 2022.

Kini, letusan gunung berapi di Tonga itu dikonfirmasi sebagai ledakan terbesar di atmosfer Bumi yang pernah tercatat instrumentasi modern.

Menurut dua studi yang dipublikasikan di jurnal Science, ledakan ini jauh lebih besar dibandingkan peristiwa vulkanik abad ke-20, ataupun pengujian bom atom setelah Perang Dunia II.

Baca juga: Letusan Gunung Berapi Tonga Resmi Jadi yang Terbesar di Abad 21

Dilansir dari BBC, Minggu (15/5/2022), peneliti menyebutkan, hanya letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyaingi gangguan atmosfer serupa seperti gunung berapi di Tonga.

Bencana alam yang terjadi di Indonesia itu diperkirakan telah merenggut lebih dari 30.000 jiwa, berbeda dari Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang menyebabkan lebih sedikit korban, tetapi memicu gelombang tsunami di berbagai wilayah di dunia.

"Tonga adalah peristiwa global, sama seperti Krakatau, tetapi saat ini kita memiliki semua sistem pengamatan geofisika dan merekam sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam data modern," ujar penulis utama studi dari University of California, Santa Barbara, Dr Robin Matoza.

Lebih lanjut, Matoza mengungkapkan, saat ini ilmuwan mampu untuk mengakses berbagai instrumen di darat ataupun luar angkasa, yang membantu mereka menganalisis letusan gunung berapi bawah laut itu.

Instrumen yang digunakan di antaranya termasuk sensor tekanan atmosfer, seismometer, telepon air, dan satelit yang memantau Bumi.

Letusan gunung berapi bawah laut di Tonga dikatakan telah menghasilkan sejumlah gelombang tekanan atmosfer, kemudian menyebar dalam jarak yang sangat jauh.

Dalam rentang frekuensi yang dapat didengar, orang-orang di Alsaka yang berjarak 10.000 km melaporkan telah mendengar dentuman berulang-ulang.

Kemudian, jaringan detektor global untuk memantau kepatuhan terhadap Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty) turut menangkap sinyal infrasonik.

Baca juga: Ahli Sebut Letusan Gunung Berapi Tonga Sebabkan Dampak Serupa seperti Badai Matahari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com