KOMPAS.com - Gunung Everest adalah puncak di pegunungan Himalaya. Gunung ini terletak di antara Nepal dan Tibet. Dengan ketinggian 8.849 meter, Gunung Everest dianggap sebagai titik tertinggi di Bumi.
Mendaki Gunung Everest telah menjadi ekspedisi populer bagi para pendaki gunung. Namun, itu adalah pendakian yang berbahaya.
Pendakian Everest membutuhkan banyak pengalaman mendaki gunung di tempat lain, serta sertifikat kesehatan yang baik, peralatan, dan pemandu yang terlatih.
Dilansir dari National Geographic, salju dan es di Gunung Everest menimbulkan bahaya yang mematikan seperti longsoran salju, dan hanya musim pendakian pun terbatas karena kondisi cuaca buruk.
Baca juga: Mengapa Pendakian di Gunung Everest Sangat Berbahaya?
Tetapi, mungkin bahaya terbesarnya adalah ketinggian. Sebagian besar pendaki tidak terbiasa dengan ketinggian dan kadar oksigen yang rendah.
Mengutip Everester, suhu terendah yang pernah tercatat di puncak Gunung Everest adalah -70,5°C. Angka ini dicatat oleh tim Korea-Jerman selama pendakian ke puncak pada November 1975.
Ketinggian 4.000 m di atas permukaan laut tidak menghasilkan tekanan atmosfer yang cukup untuk mendinginkan udara secara signifikan.
Kurangnya tekanan inilah yang menyebabkan kekeringan dan dinginnya daerah dataran tinggi. Akibatnya, kelembapan di udara sangat sedikit dan suhu turun tajam.
Bahkan, dengan standar ketinggian yang tinggi, musim panas di pegunungan sangat dingin. Di puncak Gunung Everest, suhu biasanya sekitar -10°C di bulan-bulan musim panas.
Baca juga: Seperti Apa Planet Mirip Bumi yang Dipenuhi Gunung Berapi?
Pada musim gugur dan musim dingin, suhu turun di bawah 0°C di lereng barat Gunung Everest, hingga -20°C atau -30°C di sisi timur. Suhu terdingin berada di kawasan yang dikenal sebagai 'Zona Kematian'.
Mengutip Encyclopedia Britannica, Puncak Everest sendiri ditutupi oleh salju sekeras batu yang ditutupi oleh lapisan salju yang lebih lembut, yang berfluktuasi setiap tahun sekitar 1,5–6 m.
Tingkat salju di Puncak Everest tertinggi pada bulan September, setelah musim hujan, dan terendah pada bulan Mei, setelah terkuras oleh angin musim dingin barat laut yang kuat.
Puncak dan lereng atasnya terletak begitu tinggi di atmosfer Bumi sehingga jumlah oksigen yang dapat dihirup di sana adalah sepertiga dari yang ada di permukaan laut.
Kekurangan oksigen, angin kencang, dan suhu yang sangat dingin menghalangi perkembangan kehidupan tumbuhan atau hewan di sana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.