KOMPAS.com - Gigitan ular berbisa perlu segera diatasi dengan pertolongan pertama sebelum korba dibawa ke pelayanan medis.
Sayangnya, di tengah masyarakat, masih banyak mitos yang beredar tentang penanganan gigitan ular, yang berisiko membahayakan korban.
Salah satu mitosnya adalah perbedaan penanganan gigitan ular untuk orang dewasa dan anak-anak. Berikut adalah penjelasan terkait mitos ini dari pakar toxinology Indonesia, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si. Sp.EM.
Menurut dr. Tri Maharani, tidak ada perbedaan penanganan gigitan ular, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Setelah Digigit Ular Berbisa?
"Ini mitos. Semua penanganan awal (gigitan ular) sama, (yakni) imobilisasi, baik dewasa atau anak-anak," katanya kepada Kompas.com, Selasa (16/5/2023).
Meski demikian, dr. Tri Maharani menjelaskan, penanganan awal gigitan ular pada anak-anak dan orang dewasa bisa menggunakan sarana yang berbeda.
"Misalnya, anak-anak pakai kain selendang dengan menggendong di badan orangtuanya, sedangkan orang tua bisa diimobilisasi dengan kayu, bambu, kardus atau sesuatu yang rigid" papar dr. Tri Maharani.
Pertolongan pertama untuk gigitan ular yang direkomendasikan para ahli adalah melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tidak bergerak.
Baca juga: Kenapa Ada Ular yang Sangat Berbisa?
Pastikan posisi imobilisasi nyaman dan aman bagi korban dengan menggunakan splint (dari kayu, bambu, kardus yang rigid) atau sling (dari kain, selendang)
Pada kasus gigitan Elapid (ular berbisa yang memiliki taring pendek dan tetap di bagian depan mulut), sangat disarankan untuk melakukan bebat elastic dan imobilisasi atau pressure bandage imobilisasi sebagai pertolongan pertama.
Pertolongan pertama bebat elastic dan imobilisasi untuk gigitan ular neurotoksin memang membutuhkan bantuan orang yang terlatih.
Namun, jika kita tidak mengetahui jenis ularnya, membuat bagian yang tergigit agar tidak bergerak dengan splint atau sling sangat direkomendasikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.