Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Terlalu Banyak Garam Berisiko Sebabkan Kematian Dini, Kok Bisa?

Kompas.com - 12/07/2022, 20:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru menemukan, bahwa menambahkan garam ekstra ke makanan, dapat meningkatkan risiko kematian dini.

Sebab, makan terlalu banyak garam menyebabkan hipertensi atau darah tinggi, yang menjadi faktor risiko berbagai macam penyakit tidak menular.

Dalam studi yang dipublikasikan di European Heart Journal, peneliti melibatkan lebih dari 500.000 orang.

Studi tersebut dipimpin oleh Profesor Lu Qi, dari Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine di New Orleans di Amerika Serikat, dengan rekan-rekan dari sekolah kedokteran Harvard.

Baca juga: Batas Aman Konsumsi Garam dalam Sehari

Mereka menganalisis data dari 501.379 orang yang termasuk dalam studi Biobank di Inggris untuk penelitian tersebut sejak tahun 2006 hingga 2010.

Peserta penelitian diminta memilih jawab tidak pernah, jarang atau selalu menambahkan garam dalam makanannya. Kemudian melakukan pemantauan selama sembilan tahun terhadap peserta penelitian.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil juga diperhitungkan, seperti usia, jenis kelamin, ras, kekurangan, indeks massa tubuh (BMI), kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, aktivitas fisik, diet dan kondisi medis seperti diabetes, kanker serta penyakit jantung.

Hasilnya menunjukkan, mereka yang selalu menambahkan garam pada makanannya berisiko mengalami kematian dini hingga 28 persen, dibandingkan orang yang tidak pernah atau jarang melakukannya.

Dilansir dari Independent, Sabtu (9/7/2022) para peneliti turut menghitung berapa lama kelompok yang terlalu banyak mengonsumsi garam akan hidup.

Pada usia 50 tahun, peneliti mencatat tingkat harapan hidup wanita dan pria yang selalu menambahkan garam ke makanan menurun masing-masing 1,5 tahun dan 2,28 tahun.

“Menambahkan garam ke makanan di meja adalah perilaku makan umum yang secara langsung berkaitan dengan preferensi jangka panjang individu agar makanan terasa asin," terang Qi.

Baca juga: Benarkah Garam Himalaya Lebih Sehat daripada Garam Meja?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com