Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Induk Paus Rawat Anaknya di Perairan Dangkal, Apa Alasannya?

Kompas.com - 16/06/2022, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi menunjukkan, bahwa paus ternyata lebih menyukai untuk melahirkan dan merawat bayi-bayi di perairan yang lebih dangkal.

Hal itu terungkap setelah melakukan studi terhadap Paus Sikat Selatan betina yang selalu bermigrasi ribuan kilometer ke habitat teluk untuk melahirkan dan merawat keturunan mereka.

Namun, apa sih sebenarnya alasan mamalia tersebut memilih tempat dangkal yang mungkin justru berada dalam jarak berbahaya dengan aktivitas manusia serta pasokan makanan yang lebih langka?

Sebelumnya peneliti berspekulasi, bahwa paus memilih lokasi perairan dangkal lebih hangat dan tenang selain itu juga minim pemangsa.

Baca juga: Demi dapat Pasangan, Paus Bungkuk Tempuh Perjalanan Sejauh 6.000 Kilometer

Tetapi baru-baru ini tim ahli biologi dari Syracuse University's Bioacoustics and Behavioral Ecology Lab rupanya menemukan motif baru dari perilaku paus itu.

Dikutip dari Phys, Rabu (15/6/2022) peneliti berhipotesis bahwa perairan dangkal, berpasir, dekat pantai adalah tempat utama bagi paus untuk melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, karena wilayah itu mengurangi propagasi akustik.

Itu artinya, sinyal vokal tak melakukan perjalanan di area tersebut, sehingga memungkinkan induk paus untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka di dekatnya tanpa terdengar oleh pemangsa di kejauhan.

Dalam studinya ini, peneliti mengumpulkan data di tiga lokasi perawatan Paus Sikat Selatan di tiga benua di belahan bumi selatan (Amerika Selatan, Afrika, dan Australia).

Studi yang kemudian dipublikasikan di Royal Society Open Science ini kemudian menemukan, bahwa di kedalaman dangkal, induk Paus Sikat Selatan dan anak-anaknya sering diamati memiliki jangkauan deteksi akustisk paling terbatas untuk panggilan mereka.

"Hewan yang berkomunikasi menggunakan suara harus menyeimbangkan kebutuhan untuk didengar antara siapa pendengar yang dituju dengan risiko didengar oleh penyadap seperti predator," ungkap Julia Zeh, penulis studi ini.

Perubahan perilaku produksi suara untuk mengurangi pendeteksian oleh predator ini dikenal sebagai kripsis akustik.

Paus Sikat Selatan biasanya menggunakan tiga bentuk kripsis akustik untuk menghindari pemangsa, yaitu mengurangi amplitudo panggilan, menggunakan frekuensi sinyal yang sulit dideteksi oleh predator dan pengurangan atau penghentian total produksi sinyal akustik. Jadi secara efektif menjadi hening untuk menghindari deteksi predator.

Baca juga: Studi Ungkap Seberapa Banyak Paus Makan

Menariknya dalam studi terbaru ini, peneliti menemukan metode kripsis akustik keempat yang berpusat di sekitar pilihan di mana paus tinggal.

"Kami menemukan bahwa induk dan anak paus menghabiskan waktu di lokasi tertentu di mana hanya mereka saja yang dapat mendengar satu sama lain, tetapi hewan lain tak dapat mendengarnya," jelas Zen.

Penelitian di masa depan akan ditujukan untuk menentukan seberapa umum pendekatan pemilihan tempat perawatan bayi-bayi paus ini terhadap kripsis akustik.

Selain itu, memahami penggunaan dan pemilihan habitat memungkinkan peneliti untuk lebih fokus malakukan upaya konservasi dan pengelolaan yang sangat penting bagi spesies paus yang terancam punah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com