Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

WHO: 15 Juta Kematian pada 2020-2021 terkait Covid-19

Kompas.com - 06/05/2022, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BADAN Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (5/5/2022) memperkirakan kematian terkait pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021 mencapai sekitar 15 juta kejadian. Angka ini tiga kali lebih banyak dibanding data publik kematian karena Covid-19.

Angka perkiraan kematian terkait Covid-19 ini, termasuk dari kasus ikutan dan efek samping, diyakini juga memastikan ada dampak meluas dari wabah yang sudah dinyatakan sebagai yang terburuk dalam satu abad terakhir. 

Proyeksi WHO tersebut memberikan gambaran yang lebih realistis, dengan satu kematian dari setiap 500 orang di dunia. Sejumlah kawasan menjadi sorotan, Indonesia tercakup di dalamnya. 

"Jumlah kematian yang terkait langsung dan tidak langsung dengan pandemi Covid-19 antara 1 Januari 2020 dan 31 Desember 2021 adalah sekitar 14,9 juta (dengan kisaran 13,3 juta hingga 16,6 juta)," kata WHO seperti dikutip AFP.

Angka-angka ini sangat sensitif karena juga mencerminkan kualitas penanganan krisis oleh otoritas di seluruh dunia. Terlebih lagi, sejumlah negara dalam publikasi resminya menyebutkan angka kematian yang jauh lebih sedikit dari rilis WHO. 

India, misalnya, menyebutkan kematian terkait Covid-19 di negara itu ada di kisaran 481.000 kejadian. Namun, WHO memperkirakan kasus kematian terkait Covid-19 di India berkisar antara 3,3 juta hingga 6,5 juta.

"Kita perlu menghormati kehidupan yang dipersingkat secara tragis, nyawa yang hilang—dan kita harus meminta pertanggungjawaban diri kita sendiri dan pembuat kebijakan kita," ujar Samira Asma, kepala data WHO, dalam konferensi pers.

India tentu saja membantah data WHO itu dan menyebutnya sebagai cacat data. Menurut WHO, pada 2020 saja diperkirakan ada 4,75 juta kematian terkait Covid-19 di India, baik yang langsung maupun yang terimbas lebih luas dalam sistem layanan kesehatan. 

WHO menggunakan istilah kasus kematian yang diduga terkait Covid-19 ini sebagai kematian berlebih, yaitu dihitung dari selisih tren angka kematian sebelum pandemi dan selama pandemi. 

Pada 30 Januari 2020, WHO telah menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan internasional, setelah wabah ini menyebar ke luar China, sebagai negara awal yang terpantau terpapar Covid-19. 

Negara-negara di seluruh dunia melaporkan 5,42 juta kematian akibat Covid-19 pada 2020 dan 2021. Laporan ke WHO tersebut hingga Jumat (6/5/2022) pukul 17.00 WIB sudah bertambah lagi menjadi 6,24 juta kematian, termasuk yang terjadi pada 2022

Jauh-jauh hari, WHO sudah memperingatkan bahwa angka kematian sesungguhnya terkait Covid-19 jauh melebihi data yang tercatat dan terpublikasikan karena infeksi virus SARSCoV-2.

Ini terutama karena ada banyak kematian yang seharusnya tidak perlu terjadi karena sistem kesehatan kewalahan oleh penanganan Covid-19 sehingga masyarakat kesulitan mengakses pengobatan dan tindakan kesehatan yang diperlukan selama pandemi.

Asia Selatan, Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Serikat, sebut WHO, menjadi basis utama dari lokasi kematian berlebih akibat pandemi Covid-19. Indonesia termasuk di dalamnya.

Menurut WHO, 10 negara dari kawasan-kawasan itu saja sudah menyumbang 68 persen kematian berlebih terkait Covid-19. Kesepuluh negara itu adalah Brasil, Mesir, India, Indonesia, Meksiko, Peru, Rusia, Afrika Selatan, Turki, dan Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com