Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Jamur Pangan sebagai Sumber Protein Pengganti Daging, Solusi Kenaikan Harga Daging

Kompas.com - 04/04/2022, 09:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Iwan Saskiawan

Ritual tahunan harga daging di pasaran naik kembali terulang memasuki bulan Ramadhan tahun 2022 ini.

Harga daging sapi menurut Kompas.com (02/03/2022), melonjak di pasaran hingga tembus Rp 140.000 per kilogram (kg). Padahal, harga normalnya hanya Rp 120.000 per kilogram.

Masih menurut Kompas, Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) Asnawi mengatakan, kenaikan harga daging sapi ini terjadi karena harga daging sapi di Australia yang tinggi, serta kurangnya pasokan dari negara tersebut.

Kenaikan daging sapi tersebut juga ditambah lagi dengan kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan harga tahu dan tempe juga melonjak.

Baca juga: Ahli: Jamur Pangan Alternatif di Tengah Pandemi Ancam Ketahanan Pangan

Kenaikan dua sumber protein baik hewani maupun nabati dari kedua komoditas tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sumber protein bagi masyarakat Indonesia mengalami hambatan.

Indonesia dikaruniai keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan pangan.

Salah potensi sumber daya hayati yang dapat dikembangkan sebagai bahan pangan adalah jamur pangan.

Menurut data dari BPS dalam tiga tahun terakhir produksi jamur pangan di Indonesia terus meningkat yaitu 31,051 ton pada tahun 2018 dan meningkat menjadi 33.163 dan 33.316 ton pada tahun 2019 dan 2020.

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan RI, konsumsi jamur (Kg per kapita/tahun) masyarakat Indonesia masih rendah yaitu 0,18. Masih kalah jauh dengan Jepang (3,5), Australia (3,0), Perancis (4,5), Kanada (2,8) dan Amerika (2,5).

Sebagai produk hortikultura, Kementrian Pertanian saat ini menggalakkan program peningkatan produksi jamur pangan, sehingga produksi jamur pangan di Indonesia bisa meningkat.

Sesuai SK Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 ada 6 jenis jamur yang menjadi komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu jamur merang (Volvariella volvacea), jamur tiram (Pleurotus sp) yang terdiri dari beberapa jenis, jamur kuping (Auricularia sp), jamur kancing (Agaricus sp), jamur lingzhi (Ganoderma sp), dan jamur shiitake (Lentinula edodes).

SK ini harus segera diperbarui, karena saat ini sudah semakin banyak petani jamur yang membudidayakan jamur pangan di luar 6 jenis di atas.

Jamur pangan (edible mushroom), merupakan salah satu sumber bahan pangan yang sudah dikenal masyarakat sejak abad pertengahan.

Selain memiliki cita rasa yang enak dan nilai gizinya yang tinggi, jamur pangan juga dikenal menghasilkan senyawa bioaktif yang berperan sebagai imunomodulator yang berperan dalam kesehatan tubuh kita.

Baca juga: 5 Kandungan Gizi Jamur Pangan, dari Protein hingga Serat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com