KOMPAS.com - Netflix kembali mengeluarkan serial drama Korea (drakor) terbaru yang berjudul Forecasting Love and Weather. Uniknya, drama ini mengangkat tema pelayanan prakiraan cuaca di Badan Meteorologi Nasional Korea Selatan.
Dengan topik utama drakor terbaru ini; Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia pun menjadi ramai diperbincangkan di media sosial Twitter. Sebab, salah satu pekerjaan yang diemban BMKG yaitu menganalisis dan memprakirakan atau memprediksi cuaca.
Sebuah akun informasi di Twitter yakni @infodrakor_id mencolek BMKG dengan menuliskan, #ForecastingLoveAnd Weather drama tenang petugas BMKG.
"Sedetail itu bahasan cuacanya karena cakkanimnya sampe research selama 2 tahun di BMKG. Ternyata memprediksi cuaca itu sulitnya minta ampun. Drama ini dibumbui romance kantoran yang klimaks," tulis @infodrakor_id.
Baca juga: Turun Hujan Saat Cuaca Panas, Kenapa Bisa Terjadi? Ini Penjelasan Sains
Menanggapi cuitan tersebut, akun resmi BMKG @infoBMKG pun membalasnya dengan mengungkapkan bahwa pada kenyataannya memprakirakan cuaca memang sulit, termasuk cuaca Indonesia.
Pada kenyataannya memprakirakan cuaca itu memang sulit bestie, sama sulitnya dengan memprakirakan hati Ayang ????, termasuk cuaca Indonesia.
— BMKG (@infoBMKG) February 13, 2022
Kuy cek prakiraan cuaca kota-kota besar esok hari disinihttps://t.co/HldIxq4WMf
Lantas, mengapa memprediksi atau memprakirakan cuaca sangat sulit untuk di Indonesia?
BMKG menyebutkan, Indonesia merupakan negara yang prakiraan cuacanya terbilang sulit karena merupakan negara kepulauan yang terletak di antara dua benua serta dua samudera, sehingga faktor pembentuk cuacanya sangat kompleks.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A Fachri Radjab, mengatakan, faktor pembentuk cuaca atau dinamika atmosfer yang sangat kompleks itu dipengaruhi oleh letak geografis dan bentuk topografi yang beragam.
Letak geografis dan bentuk topografi yang berbeda ini membuat setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang berbeda-beda.
"Selain itu, posisi Indonesia yang berada di ekuator atau khatulistiwa juga menambah kompleksitas dinamikan atmosfer kita," kata Fachri kepada Kompas.com, Senin (14/2/2022).
Baca juga: Adanya 3 Pola Hujan Bikin Suhu di Jawa Kebalikan dengan Kalimantan
Dalam membuat prakiraan cuaca, BMKG akan menganalisis berbagai data dan fenomena mulai dari fenomena global seperti El Nino atau La Nina dan Dipole mode sampai skala reginonal seperti siklon tropis dan monsoon hingga skala lokal seperti angin darat-laut, angin gunung-lembah.
"Kesemua fenomena tersebut ada di Indonesia dan harus dicermati dalam membuat prakiraan cuaca," ujarnya.
Selain prakiraan cuaca harian yang sangat kompleks, pola musim hujan di Indonesia juga cukup unik karena setiap daerah memiliki pola musim hujan yang berbeda-beda, sehingga kadang satu daerah memasuki musim hujan sementara daerah lainnya masih musim kemarau.
Untuk diketahui, tiga pola hujan di Indonesia yaitu tipe monsunal, ekuatorial dan lokal.
Dalam gambaran peta pola hujan di Indonesia, pola iklim monsunal ada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan. Sementara itu, pola iklim ekuatorial ada di daerah Sumatera bagian utara dan pesisir baratnya, dan Kalimantan bagian utara.