Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

86,6 Persen Warga Indonesia Punya Antibodi Covid-19 Menurut Survei, Apa Artinya?

Kompas.com - 06/01/2022, 17:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data survei serologi terbaru menunjukkan, mayoritas penduduk di Indonesia atau sekitar 86,6 persen populasinya memiliki antibodi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di laman Covid19.go.id, Selasa (4/1/2022).

Wiku menjelaskan, penilaian antibodi ini termasuk yang terbentuk akibat pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya atau Covid-19.

Survei dilakukan pada sebagian wilayah, yaitu 100 kabupaten atau kota baik pada wilayah aglomerasi maupun non aglomerasi sepanjang bulan November-Desember 2021.

Baca juga: Bagaimana Cara Membedakan Batuk Pilek pada Gejala Flu dan Omicron?

"Selain itu, data ini menunjukkan informasi lainnya bahwa 73,2 persen populasi dari daerah yang disurvei ternyata telah memiliki antibodi padahal belum pernah terdeteksi positif maupun tervaksinasi Covid-19," jelas Wiku seperti dikutip Kompas.com melalui kanal resmi Covid19.go.id, Selasa (4/1/2021).

Memaknai hasil survei

Mengenai hasil survei titer antibodi terhadap Covid-19 ini, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi berkata bahwa ini menunjukkan sesuatu yang baik.

Menurut Nadia, hasil sementara survei serologi nasional yang dilakukan pemerintah ini menunjukkan kekebalan masyarakat artinya cukup tinggi.

"Survei ini untuk mengukur efektivitas vaksin di masyarakat dan tingkat perlindungan yang ada di masyarakat," kata Nadia kepada Kompas.com, Kamis (6/1/2022).

Kekebalan masyarakat terbentuk lantaran ada kelompok masyarakat yang sempat terinfeksi varian Delta, namun kemudian melakukan vaksinasi.

"Tapi ini (survei sero) lebih melihat efektivitas vaksin," jelasnya.

Baca juga: Syarat dan Kriteria Penerima Vaksin Booster Covid-19, Apa Saja?

Selain melihat efektivitas vaksinasi Covid-19 yang telah diterima masyarakat, Nadia berkata bahwa data ini diharapkan bisa dijadikan pertimbangan untuk mengambil kebijakan baru terkait vaksinasi.

"Salah satunya pertimbangan booster juga bisa," kata dia.

Tidak boleh lengah penularan

Kendati demikian, kata Wiku, tahun yang baru ini juga merupakan babak baru dalam penanganan pandemi di Indonesia, mengingat pandemi adalah masalah global dan potensi penularan di berbagai negara masih sangat tinggi.

Seain itu, potensi munculnya varian-varian baru Covid-19 yang bisa menyebar tanpa mengenal batas negara dan wilayah masih sangat mungkin terjadi.

Untuk itu, ia mengingatkan agar semua pihak dan lapisan masyarakat tetap bekerjasama dan bekerja keras, serta saling mendukung kebijakan-kebijakan dan tindakan yang menekan angka kasus Covid-19 di Indonesia agar tidak mengalami lonjakan kasus lagi. Dengan demikian, seluruh masyarakat Indonesia bisa melewati pandemi ini dengan baik.

"Saat ini kita menghadapi tantangan selanjutnya terutama dengan munculnya varian baru (Omicron). Tentunya varian akan terus bermunculan selama virus masih diberikan peluang untuk menular," ujarnya.

"Indonesia juga perlu untuk terus berperan dalam kerjasama global penanganan pandemi. Pandemi tidak akan berakhir apabila perlindungan terhadap virus Covid-19 belum merata di dunia," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com