Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orbit Bumi Berfluktuasi Pengaruhi Evolusi, Ilmuwan Temukan Buktinya

Kompas.com - 03/12/2021, 08:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan, dalam studi baru, bahwa orbit Bumi mengalami fluktuasi. Bukti baru yang ditemukan menunjukkan orbit Bumi yang berfluktuasi tersebut mempengaruhi evolusi biologis organisme di planet ini.

Dilansir dari Science Alert, Kamis (2/12/2021), meski tampak teratur mengorbit Matahari, ternyata orbit Bumi tidak stabil seperti yang diketahui selama ini.

Orbit Bumi setiap 405.000 tahun, membentang dan menjadi 5 persen membentuk elips, sebelum kembali ke jalur yang lebih rata.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa mereka telah sejak lama memahami siklus dari orbit Bumi ini, yang dikenal sebagai eksentrisitas orbit. Hal ini yang kemudian mendorong perubahan iklim global.

Akan tetapi, bagaimana fluktuasi orbit Bumi ini memengaruhi kehidupan di planet kita, belum dapat diketahui.

Bukti dampak fluktuasi orbit Bumi

Namun, sekarang bukti baru menunjukkan bahwa orbit Bumi yang berfluktuasi sebenarnya dapat memengaruhi evolusi biologis.

Bukti itu ditemukan tim ilmuwan yang dipimpin oleh paleoceanographer Luc Beaufort dari French National Centre for Scientific Research (CNRS), Perancis.

Baca juga: Urutan Struktur Planet Bumi

 

Mereka telah menemukan petunjuk bahwa eksentrisitas dari orbit Bumi yang berfluktuasi itu dapat mendorong ledakan evolusi spesies baru, setidaknya pada plankton dari berbagai fotosintesis (fitoplankton).

Salah satunya, Coccolithophores, yakni ganggang mikroskopis pemakan sinar matahari yang membuat lempengan batu kapur di sekitar tubuh seluler tunggal mereka yang lembut.

Cangkang batu kapur yang disebut coccolith, sangat lazim ditemukan dalam catatan fosil di Bumi. Pertama kali, fosil cangkang kapur ini muncul pada sekitar 215 juta tahun yang lalu selama periode Upper Triassic.

Drifter samudra ini sangat melimpah, sehingga memberi kontribusi besar terhadap siklus nutrisi ini Bumi.

Beaufort dan timnya melakukan pengukuran yang mengejutkan pada 9 juta coccolith selama 2,8 juta evolusi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menggunakan bantuan mikroskop otomatis berbasis artificial intelligence (AI).

Sampel yang diteliti untuk mengungkapkan bukti orbit Bumi berfluktuasi ini adalah sedimen laut yang tertanggal dengan baik, sehingga mereka dapat memperoleh resolusi yang sangat rinci pada sekitar 2.000 tahun.

Baca juga: Apa Jadinya Bumi jika Manusia Tidak Pernah Ada?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com