Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Penyintas Covid-19 Tak Perlu Menunggu 3 Bulan untuk Vaksin

Kompas.com - 14/07/2021, 12:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Vaksinasi Covid-19 sangat penting dalam melindungi diri dari paparan Covid-19. Lantas, apakah penyintas Covid-19 harus menunggu beberapa bulan sebelum disuntik?

Berdasarkan rekomendasi terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), penyintas Covid-19 dapat diberikan vaksin. Namun, dengan catatan, sudah sembuh minimal 3 bulan dari infeksi virus Corona.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultas Alergi Imunologi juga Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof Dr dr Iris Rengganis, SpPD-KAI mengatakan kebijakan penyintas Covid-19 harus menunggu 3 bulan untuk vaksin sebagai langkah pemerataan vaksinasi.

Dengan begitu diharapkan kekebalan kelompok (herd immunity) dapat segera tercapai.

"Karena itu, dianggap 3 bulan dulu, (antibodi) sudah mulai menurun baru dia vaksinasi supaya yang lain bisa kebagian. Sementara penyintas kan masih punya imunitas yang alamiah," ujarnya.

Baca juga: Mengapa Penyintas Covid-19 Harus Divaksin? Ini Penjelasan Dokter

Berkaitan dengan rekomendasi ini, epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman angkat bicara dan meluruskan.

Dicky mengatakan bahwa penyintas Covid-19 harus segera mendapat vaksin Covid-19 tanpa menunggu 3 bulan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah reinfeksi Covid-19 atau terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya tapi dengan varian yang berbeda.

Dari bukti ilmiah, vaksin memiliki lebih banyak manfaat dibanding efek samping.

Memang, orang yang terinfeksi Covid-19 dan sudah sembuh memiliki antibodi. Namun Dicky berkata, vaksin dapat memberikan antibodi yang lebih tinggi dan memberikan proteksi terhadap Covid-19.

Selain itu, vaksin juga memberi perlindungan pada level tertentu terhadap varian Delta yang saat ini disebut sangat menular di dunia.

"Vaksin tertentu (seperti vaksin Sinovac) juga memberikan perlindungan terhadap delta variant, meski tidak sebagus (vaksin) mRNA. Ini lebih bagus daripada (antibodi) para penyintas," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (14/7/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com