Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2020, 17:01 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ada begitu banyak satelit yang berada di lintasan orbit Bumi. Bahkan, tidak sedikit yang sudah berada di sana dalam waktu yang sangat lama.

Lantas, mengapa jarang ada satelit yang jatuh ke Bumi?

Bumi memiliki gravitasi yang kuat, di mana apapun benda yang naik, dapat turun atau jatuh karena hukum gravitasi tersebut. Akan tetapi hal ini tidak selalu terjadi di luar angkasa.

Satelit yang mengorbit Bumi maupun planet lainnya, hingga berkerumun tidak bisa jatuh begitu saja. Hal ini disebabkan satelit terkunci oleh kecepatan, sehingga tarikan gravitasi ke bawah tak mampu menyainginya.

Kendati demikian, tidak sedikit dari satelit-satelit yang sudah bertahun-tahun mengorbit tersebut kembali ke Bumi, yang sebagian besar disebabkan karena faktor usia atau keusangan benda tersebut.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Ternyata Satelit Pertama Tidak untuk Komunikasi

 

Jadi sebenarnya apa yang membuat satelit tetap berada di orbit?

Dilansir dari Smithsonian Magazine, Jumat (9/10/2020), satelit yang dibawa ke luar angkasa dengan roket, dikenal sebagai satelit buatan. Berbeda dengan satelit alami, yakni Bulan, yang mengorbit planet seperti Bumi dan terbentuk secara alami.

Untuk mengirim satelit ke luar angkasa, roket harus terbang 100 hingga 200 km di atas Bumi untuk keluar dari atmosfer.

"Begitu berada pada ketinggian orbit yang ditentukan sebelumnya, roket mulai mengarah ke samping dengan kecepatan hingga 18.000 mil per jam," kata Jonathan McDowell, astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.

Selanjutnya, roket akan mematikan tenaganya, lalu menjatuhkan muatan, yakni satelit yang dibawa, saat sampai di salah satu lapisan atmosfer. Satelit tersebut kemudian berada di orbit dan meluncur dengan kecepatan yang sama.

 

Bumi melengkung menjauh sementara roket dan satelit “jatuh” mengelilingi Bumi. Satelit tetap berada di orbit selama kecepatannya tetap seimbang dengan angin sakal.

Pada ketinggian tersebut, atmosfer cukup tipis untuk mencegah satelit terbakar, seperti jika jatuh lebih rendah dan bertemu udara yang lebih tebal, yang menyebabkan angin sakal lebih besar dan gesekan yang lebih besar.

Sebagian besar satelit dijatuhkan dalam jarak hingga 2.000 km di atas bumi.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Mengapa Bulan Disebut Satelit Alami?

 

Satelit di ujung paling rendah dari kisaran itu biasanya hanya bertahan selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

"Ketika ada satelit yang mengalami gesekan itu, maka pada dasarnya akan meleleh," kata McDowell.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com