Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Amazon Terancam Jadi Sabana Kering karena Krisis Iklim

Kompas.com - 06/10/2020, 18:05 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti menyebut jika hutan hujan sangat sensitif terhadap perubahan global dan dapat dengan cepat kehilangan kemampuannya untuk beradaptasi.

Dikutip dari Independent, Selasa (6/10/2020); peneliti dari Stockholm Resilience Center (SRC), lembaga penelitian independen yang fokus terhadap masalah lingkungan, melakukan serangkaian studi.

Studi dilakukan dengan menggunakan model matematika untuk menguji bagaimana kenaikan suhu yang disebabkan oleh perubahan iklim akan mempengaruhi hutan hujan tropis di seluruh dunia.

Menurut analisis, jika emisi karbon global tidak dikurangi, hampir setengah dari hutan hujan tropis di dunia akan berada pada titik kritis dan berisiko mengering secara permanen.

Baca juga: Hutan Hujan Amazon Kena Proyek Pengaspalan, Kerusakan Lingkungan di Depan Mata

Salah satunya adalah hutan hujan Amazon.

Peneliti mengungkap bahwa sebanyak sebanyak 40 persen dari hutan hujan Amazon dapat berubah menjadi lanskap seperti sabana yang lebih kering jika tingkat curah hujan terus menurun akibat dari perubahan iklim.

Sabana merupakan ekosistem yang memiliki ciri lebih sedikit tutupan pohon dan didominasi padang rumput. Sabana cenderung ada di daerah beriklim sedang dengan curah hujan yang lebih sedikit daripada yang diperlukan oleh hutan hujan.

Rupanya, peningkatan emisi gas rumah kaca telah menyebabkan penurunan jumlah hujan yang turun di Amazon serta beberapa wilayah. Tren ini diperkirakan akan memburuk saat Amerika Selatan memanas karena perubahan iklim.

Baca juga: Ahli Peringatkan, Hutan Amazon Bisa Jadi Sumber Virus Corona Berikutnya

Hilangnya hutan juga akan memperburuk tingkat curah hujan karena hutan hujan menghasilkan hujan sendiri melalui uap air yang dilepaskan.

"Saat hutan menyusut, kita mendapatkan lebih sedikit curah hujan dan ini menyebabkan kekeringan yang membuat lebih banyak lagi kebakaran. Sebuah lingkaran setan," ungkap Arie Staal, penulis utama dalam studi.

Lebih lanjut, peneliti juga menemukan bahwa hutan hujan di semua benua sangat sensitif terhadap perubahan global dan dapat dengan cepat kehilangan kemampuan beradaptasi.

Padahal, setelah hilang, butuh waktu hingga puluhan tahun untuk memulihkan kondisi dan kembali ke keadaan semua.

Ini berita yang menyedihkan mengingat hutan hujan menampung sebagian besar spesies global. Semua itu akan hilang bila hutan hujan juga menghilang.

Baca juga: Hutan Hujan Amazon Akan Hadapi Titik Kritis, Ini Prediksi Ilmuwan

Kemudian, selain menjadi rumah bagi keankeragaman hayati paling luas di Bumi, hutan hujan seperti Amazon juga menyedot karbon dalam jumlah besar dari atmosfer, yang sebenarnya dapat memperlambat perubahan iklim.

Pembakaran, penebangan, dan pertanian di Amazon telah meningkat sejak tahun 2018. Data dari badan antariksa Brasil juga menunjukkan jika kebakaran telah mencapai titik tertinggi sepuluh tahun pada bulan Agustus lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com