Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/08/2020, 12:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Penggiat lingkungan menggaungkan banyak gerakan untuk menjaga satwa dan tumbuhan asli biodiversitas Indonesia.

Salah satu satwa yang juga ikut diprihatinkan oleh para pakar, komunitas-komunitas dan lembaga swadaya masyarakat yang berfokus terhadap pemberdayaan lingkungan dan konservasi alam.

Lantas, apa alasan kita sebagai manusia dari seluruh lapisan atau elemen masyarakat harus menjaga dan menyelamatkan orangutan Indonesia ini?

Dalam agenda diskusi daring yang digelar oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan bertajuk Conservation Talk: Orangutan dan Kita, pada Rabu (19/8/2020).

Baca juga: Berstatus Terancam Punah, Begini Kondisi Orangutan Indonesia Saat Ini

Sejumlah pihak baik dari pemerintah, industri, dan lembaga swadaya masyarakat sepakat menyatakan bahwa manusia sebagai seluruh elemen masyarakat sangat perlu menjaga dan menyelamatkan orangutan Indonesia.

Berikut beberapa alasan yang perlu Anda ketahui.

1. Terancam kritis

Orangutan Sumatera dan Kalimantan menjadi salah satu satwa yang semakin susah dijumpai dan berstatus konservasi terancam kritis atau critically endangered (CR).

Ilustrasi orangutan.PIXABAY Ilustrasi orangutan.

Baca juga: Ancaman Virus Corona Bagi Kehidupan Orangutan di Indonesia

Status konservasi terancam kritis itu dikeluarkan oleh Serikat Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN). Orangutan Sumatera telah lebih dulu menyandang status ini.

Status konservasi terancam kritis menurut IUCN adalah kondisi flora atau fauna tersebut menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.

Kajian Population and Habitat Viability Assessment Orang Utan (PHVA) 2016 menyebutkan akumulasi populasi yang tersebar di 42 sub meta populasi di Borneo diperkirakan terdapat 57.350 pada tahun 2016 dan diprediksikan sudah semakin berkurang populasi tersebut di tahun 2020 ini.

"Dulu kita bisa bilang Kalimantan masih aman. Populasinya antara 35.000-55.000. Tapi setelah survei naik lagi (keparahannya), sekarang sama dengan Sumatera, kritis," kata pakar orangutan Universitas Indonesia Rondang Siregar, saat ditemui di Jakarta Pusat oleh Kompas.com, Rabu (3/7/2019).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com