Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/06/2020, 10:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia terus terjadi setiap harinya. Meski demikian, pemerintah memilih untuk menerapkan kenormalan baru atau new normal.

Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah mulai mencabut dan melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tujuannya, untuk menggerakkan kembali roda perekonomian secara bertahap.

Di sisi lain, penerapan new normal memberikan kecemasan tersendiri terkait potensi semakin luasnya penyebaran virus corona di tengah masyarakat.

Baca juga: Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc, kunci untuk bisa bertahan di tengah penerapan new normal adalah perubahan perilaku.

Artinya masyarakat Indonesia harus hidup lebih bersih, sehat, dan taat dalam menjalankan protokol kesehatan. Seperti jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan dengan sabun di air mengalir.

"Kalau kita bisa melakukan seperti itu, perilakunya banyak berubah, penularan tentunya tidak bisa terjadi," ujar Wiku yang juga Guru Besar FKM UI dalam webinar Gerakan Alumni UI4NKRI: Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal), Rabu (17/6/2020).

Baca juga: New Normal, Jangan Tunda Lagi Kontrol Jantung ke Rumah Sakit

Terkait kurva Covid-19 yang terus menunjukkan peningkatan dan belum ada tanda-tanda menurun atau melandai, menurut Wiku, hal itu kembali lagi pada perilaku masyarakat Indonesia.

Ia mengatakan apabila masyarakat baik secara individu maupun kolektif disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19, sudah pasti kurva akan menurun dan melandai.

"Sebenarnya kapan kurva melandai ya itu kita yang nyetir sendiri, kalau kita berubah perilaku pastinya kasusnya turun. Yang sekarang terjadi kan semuanya nontonin kasusnya makin lama makin naik, tanpa mengubah perilaku," katanya.

Contoh dari kondisi ketidakdisiplinan ini, lanjutnya, terlihat saat Jakarta menerapkan PSBB transisi. Sebagian tempat masih menunjukkan adanya kerumunan warga, yang seharusnya paling dihindari untuk memutus penularan.

"Jadi itulah kesalahan kita, (kuncinya) yah kita kontrol itu (kedisiplinan) saja," ujar dia.

Baca juga: New Normal, Bagaimana Menjaga Kabin Pesawat Bersih dari Covid-19?

Oleh sebab itu, Wiku menegaskan, dalam menjalankan kehidupan new normal, masyarakat harus benar-benar meninggalkan kebiasaan lama yang jauh dari protokol kesehatan.

Perubahan perilaku inilah yang menjadi satu-satunya cara untuk bertahan ditengah ketiadaan vaksin dan obat khusus Covid-19.

"Berubah perilaku saja, karena enggak ada pilihan. Virus ini sudah menyebar di seluruh dunia bukan hanya di Indonesia saja. Enggak apa-apa kok pakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan, itu hal yang bagus juga," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com