Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG

Kompas.com - 16/06/2020, 10:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehidupan kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi Covid-19 sudah dimulai. Hal ini ditandai dengan pelonggaran kebijakan pembatasan wilayah di Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi sejak 5 Juni 2020. Padatnya aktivitas ibukota pun mulai kembali hidup.

Seiring dengan penerapan new normal, media sosial dihebohkan dengan video viral yang menunjukkan polusi udara di Jakarta.

Seperti dalam video dalam akun tiktok @ianhugen, di mana membandingkan penampakan langit Jakarta pada 25 April 2020 dengan 15 Juni 2020.

Dikatakan akun @ianhugen, pada bulan April langit Jakarta nampak begitu biru dengan awan putih yang terlihat jelas. Sedangkan pada hari pertama new normal dijalankan di Jakarta (15/6/2020) langit tampak berwana abu-abu dan berkabut.

"Oh my God, polusi emang enggak bercanda," katanya dalam video tersebut.

Berikut tangkapan layar perbandingan wajah Jakarta yang ditangkap oleh akun @ianhugen.

Akun tiktok @ianhugen mengunggah video yang membandingkan wajah Jakarta saat diterapkan PSBB dengan hari pertama new normal (15/6/2020).Tangkapan layar TikTok/Ianhugen Akun tiktok @ianhugen mengunggah video yang membandingkan wajah Jakarta saat diterapkan PSBB dengan hari pertama new normal (15/6/2020).

Baca juga: BMKG Ungkap Pengaruh Cuaca terhadap Penyebaran Covid-19 di Indonesia

Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi udara di Jakarta? Apakah benar karena pengaruh dari berjalannya new normal?

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indra Gustari menjelaskan, membaik atau memburuknya kualitas udara suatu wilayah dilihat dari dua faktor.

"Pertama, perubahan di sumber polutannya dan kedua, proses pengurangan polutan di udara," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (15/6/2020) malam.

Indra menjelaskan, pada faktor pertama mengenai perubahan pada sumber polutan, itu berasal dari aktivitas transportasi dan kegiatan industri.

Oleh sebab itu, untuk mengetahui dampak pastinya perlu dilakukan pengecekan jumlah peningkatan lalu lintas kendaraan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam beberapa hari terakhir.

Meski demikian, lanjut Indra, dengan menengok peningkatan kemacetan di jalanan Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir sejak diberlakukan new normal dalam masa transisi, jelas menunjukkan adanya penambahan jumlah kendaraan.

"Selanjutnya itu akan meningkatkan konsentrasi polutan di udara atau menurunkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya," jelasnya.

Baca juga: Banjir Gorontalo Dipicu Fenomena Shearline, Apa Itu? Ini Penjelasan BMKG

Faktor kedua, mengenai proses berkurang atau menghilangnya polutan dapat disebabkan oleh pencucian polutan di udara oleh air hujan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com