Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kesehatan Dunia Pesimis Penyebaran Wabah Corona Bisa Dibatasi

Kompas.com - 09/03/2020, 18:34 WIB
Imamatul Silfia,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Vox

KOMPAS.com - Mewabahnya virus corona membuat pesimis para ahli kesehatan di dunia.

Awalnya, para ilmuwan optimis bahwa cara terbaik yang harus dilakukan untuk menghadapi virus itu adalah dengan menahan penyebarannya, karena cara inilah yang berhasil mengakhiri wabah SARS (jenis virus corona lainnya) pada 2003.

Namun, belakangan mereka menjadi pesimis karena ada kasus-kasus COVID-19 yang tidak menunjukkan gejala, sehingga sulit dideteksi.

"Dua atau tingga minggu lalu, kami masih berharap pada (virusnya) bisa dibatasi. Akan tetapi kami telah melewati itu...Kudanya sudah terlanjur keluar kandang," ungkap Tara Smith, seorang ahli epidemologi di Kent State University.

Selain kasus-kasus tidak bergejala yang bisa menyebarkan virus secara diam-diam, para ahli juga mengkhawatirkan penyebaran virus corona di Amerika Serikat, Italia, dan Iran. Pasalnya, para ahli tidak mengetahui secara tepat jumlah kasus COVID-19 di ketiga negara tersebut dan di mana virus itu menyebar.

Baca juga: Update Virus Corona 9 Maret: Menginfeksi 110.063 Orang di 110 Negara

Mengapa virus corona kini susah dibatasi?

Pada awal minggu ini, Direktur Umum Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa virus corona masih mungkin dibatasi dan harus menjadi prioritas di tiap-tiap negara.

Namun, melansir dari Vox pada Senin (9/3/2020), ahli virologi dan epidemologi mengatakan penahanan penyebaran virus, setidaknya di Amerika Serikat, tidak bekerja secara efektif. Lalu, semakin lama, semakin sulit penahanan virus corona dilakukan.

Di Amerika Serikat, kegagalan terbesar adalah peluncuran uji diagnosis yang lambat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan sebanyak 164 kasus COVID-19 terhitung sampai 6 Maret, dengan 110 kasus masih diinvestigasi.

Namun, para ahli epidemologi khawatir angka kasus yang sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang terkonfirmasi.

Baca juga: WHO Peringatkan, Uang Kertas Mungkin Dapat Menyebarkan Virus Corona

"Dua minggu lalu mungkin saya akan mengatakan ada kemungkinan virus ini menjadi endemik. Tetapi sekarang, melihat respons pemerintah, saya kira ini akan benar-benar menjadi endemik," ujar Angela Rasmussen, seorang ahli virologi Columbia.

Sementara itu, virus terus menyebar. Di Washington, analisis genetika menunjukkan bahwa virus sebetulnya telah menyebar selama enam minggu. Pemodelan statistik juga menunjukkan kemungkinan adanya 500 hingga 600 kasus COVID-19 di wilayah Seattle.

Unsur biologi dari virus tersebut juga membuatnya sulit untuk dikendalikan. Berbeda dengan SARS, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 dapat menyebar sebelum menimbulkan gejala apapun.

Baca juga: Cegah Corona dengan Tak Menyentuh Wajah, tapi Kenapa Sulit Dilakukan?

Selain itu, virus penyebab COVID-19 adalah virus baru yang berarti sistem imun manusia belum kebal untuk menghadapinya.

Sebagian besar manusia di dunia bisa terinfeksi

Marc Lipsitch, seorang ahli epidemologi Harvard, memprediksikan sekitar 20-60 persen orang dewasa di seluruh dunia bisa terkena virus corona dalam setahun.

Hasil tersebut didapatkannya dari pemodelan yang mengasumsikan bahwa transmisi virus corona di seluruh dunia setidaknya cukup mirip dengan yang ada di China.

Lipsitch mengakui bahwa masih banyak faktor lain, seperti peran anak-anak dalam penyebaran virus, yang perlu diketahui karena bisa memengaruhi hasil prediksi.

Namun, inti dari pemodelannya adalah sebagian besar populasi manusia berisiko terkena virus ini, apabila virus tidak dapat dikendalikan.

Jika penyebarannya tidak dapat dibatasi lagi, Lipsich berkata bahwa satu-satunya cara adalah dengan mengimunisasi 50 persen dari pasien terinfeksi, baik dengan penemuan vaksinasi atau manusia secara alami berkembang untuk menciptakan kekebalan terhadap virus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com