Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Bali Pure, Produsen VCO dan Sabun Organik dari Pulau Dewata

Kompas.com - 29/08/2023, 20:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk sabun dan perawatan diri organik asal Indonesia kini semakin banyak. Tak sedikit yang telah berhasil memasarkan produknya hingga ke mancanegara.

Salah satunya adalah Bali Pure, yang dirintis I Ketut Sumayana sejak sewindu silam. Mengawali produksi di garasi mobil pinjaman, saat ini Ketut sudah bisa memproduksi produk-produk Bali Pure di pabriknya sendiri.

Produk-produk Bali Pure kini diproduksi di sebuah pabrik dengan luas 168 meter persegi yang berlokasi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Bali Pure menghadirkan produk minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO), minyak pijat, dan sabun dari minyak kelapa lokal.

Baca juga: 7 Manfaat Minyak Kelapa untuk Rumah, Rawat Kayu hingga Usir Nyamuk

Ilustrasi minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). SHUTTERSTOCK/WORRADIREK Ilustrasi minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO).

Cerita Bali Pure dimulai pada 24 Juni 2015. Ketut memulai bisnis ini di Desa Sembiran, Buleleng, Bali. Ia menjelaskan, wilayah ini dipenuhi dengan perkebunan kelapa.

Biasanya, kelapa-kelapa hasil panen dijual dengan harga murah karena tidak diolah. Hal ini membuat Ketut berpikir untuk membuat terobosan sehingga bisa meningkatkan pendapatan para petani kelapa di wilayahnya.

“Saya lihat, penghasilan petani kelapa itu kurang. Jadi saya inisiasi bikin minyak kelapa murni, virgin coconut oil. Dari modal Rp 300.000, produksi di garasi mobil rumah teman yang kami pinjam,” kata Ketut.

Pada tahun pertama, produksi VCO Bali Pure dijual di berbagai toko yang ada di Seminyak, Kuta, dan Canggu. Bukan awal perjuangan yang mudah karena Ketut harus berhadapan dengan banyak penolakan saat menawarkannya ke sejumlah resort.

Baca juga: 3 Manfaat Minyak Kelapa untuk Tanaman, Bersihkan Daun dan Basmi Hama

Merek produknya belum dikenal dan masih dengan kemasan sederhana. Namun, ia tak putus asa.

“Dalam enam bulan pertama baru menghasilkan sekitar Rp 3,8 juta. Ada kecewa, tapi saya tidak putus asa. Tuhan masih menghendaki saya melanjutkan bisnis ini. Lama kelamaan omzet naik. Ini makin bikin saya semangat,” ujar Ketut, dalam keterangan tertulis PT HM Sampoerna Tbk, Selasa (29/8/2023).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com