Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Sebut Asia Tenggara Hadapi Ancaman Pertahanan Serius, Apa Itu?

Kompas.com - 04/03/2024, 16:51 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

SYDNEY, KOMPAS.com - Australia pada Senin (4/3/2024) mengatakan, negara-negara Indo-Pasifik dan Asia Tenggara tengah menghadapi ancaman pertahanan yang serius.

Australia mengungkapkan hal itu ketika mereka menyisihkan lebih banyak dana untuk proyek-proyek keamanan maritim dengan negara-negara ASEAN dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin regional di Melbourne.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengumumkan dana sebesar 286,5 juta dollar Australia (sekitar Rp 2,9 triliun) untuk proyek-proyek ASEAN di berbagai bidang termasuk keamanan maritim, di tengah ketegangan atas meningkatnya klaim China di Laut China Selatan.

Baca juga: Misteri Kapal Hilang 120 Tahun di Australia Terpecahkan

"Kita menghadapi tindakan-tindakan yang mengganggu stabilitas, provokatif, dan koersi, termasuk tindakan yang tidak aman di laut dan udara," ujar Wong dalam pidatonya di KTT tersebut, tanpa menyebut nama China.

"Apa yang terjadi di Laut Cina Selatan, di Selat Taiwan, di subkawasan Mekong, di seluruh Indo-Pasifik, memengaruhi kita semua," tambahnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Australia menjadi tuan rumah bagi para pemimpin dan pejabat dari 10 anggota ASEAN untuk mengadakan KTT dari Senin hingga Rabu (6/3/2024) .

Anggota ASEAN, Myanmar, tidak diikutsertakan karena konflik yang sedang berlangsung di negara tersebut.

Australia menggunakan peringatan 50 tahun hubungannya dengan ASEAN untuk meningkatkan hubungan dengan kawasan ini dalam menghadapi jangkauan diplomatik dan militer China yang semakin meningkat.

China mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur perdagangan tahunan senilai lebih dari 3 triliun dollar AS, termasuk wilayah yang diklaim oleh anggota ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan bahwa klaim China tidak memiliki dasar hukum.

Baca juga: Turis Australia yang Hilang di Zimbabwe Selama Seminggu Belum Ditemukan

Berbicara bersama Wong, Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo mengatakan, Laut China Selatan memiliki kepentingan strategis dan memiliki masa depan yang menjanjikan selama "negara-negara di kawasan ini memutuskan untuk menjunjung tinggi kerja sama daripada konfrontasi".

Australia dan Filipina memulai patroli laut dan udara bersama pertama mereka di Laut China Selatan pada bulan November.

Filipina meningkatkan upaya untuk melawan apa yang disebutnya sebagai "aktivitas agresif" China di Laut China Selatan, yang juga telah menjadi titik puncak ketegangan antara "Negeri Tirai Bambu" dan Amerika Serikat terkait operasi kebebasan bernavigasi.

Terkait konflik Myanmar

Lebih dari sebulan sejak para menteri luar negeri ASEAN menyerukan diakhirinya konflik berdarah di Myanmar, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di seputaran pusat kota Melbourne untuk menyerukan tindakan tegas terhadap junta militer.
Baca juga: Pertemuan Menhan Indonesia-Australia Bahas Pertahanan dan Sektor Lain

ASEAN telah melarang para jenderal tertinggi Myanmar untuk menghadiri pertemuan-pertemuannya sampai mereka berkomitmen terhadap rencana perdamaian.

Namun, mereka bagaimanapun belum melakukan tindakan lebih lanjut.

Junta militer sangat marah atas apa yang mereka sebut sebagai campur tangan ASEAN dalam urusan dalam negerinya.

Seorang aktivis menyerukan pengakuan internasional terhadap Pemerintah Persatuan Nasional paralel, yang mengendalikan milisi di negara itu.

"Negara-negara ASEAN dan Australia tolong bertindak. Kami butuh tindakan, jangan menunggu rencana (ASEAN), tidak ada gunanya," kata seorang aktivis bernama Yuyu Chit.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com