Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hroza, Desa yang Dihuni Anak-anak Yatim Piatu Ukraina

Kompas.com - 25/02/2024, 10:28 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

HROZA, KOMPAS.com - Seorang remaja di Ukraina, Dima, kehilangan ibu, ayah dan kakek-neneknya akibat serangan rudal di desa tempat mereka tinggal, Hroza, di timur laut Ukraina pada Oktober silam.

"Saya masih belum bisa memahami sepenuhnya," kata remaja laki-laki berusia 16 tahun itu kepada saya.

"Kini saya bertanggung jawab atas rumah kami," ujarnya kemudian.

Baca juga: Kisah Eks PM Belanda dan Istrinya Meninggal Bergandengan Tangan dengan Eutanasia

Dia menambahkan bahwa dia merasa sangat kasihan pada adik bungsunya.

"Sebelum ini terjadi dia tak suka kalau saya memeluknya. Sekarang dia ingin memeluk saya sepanjang waktu."

Pada Oktober 2023, sebuah rudal menghantam sebuah kafe di Hroza, menewaskan 59 orang – seperlima dari total populasi desa tersebut.

Sedikitnya satu kerabat dari tiap keluarga yang tinggal di desa itu berkumpul di kafe itu untuk menghadiri upacara pemakaman seorang warga desa yang menjadi sukarelawan tentara Ukraina.

Banyak dari mereka yang meninggal adalah orang tua, jadi kini Hroza dikenal sebagai desa yatim piatu.

Serangan terhadap kafe itu menjadi insiden paling mematikan bagi warga sipil Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia dimulai pada 24 Februari 2022.

Rusia tak penah secara langsung menanggapi serangan ini, meskipun media pemerintah mengatakan bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan terhadap sasaran militer di wilayah tersebut.

Adapun Ukraina mengatakan, tak ada sasaran militer di Hroza, sebuah klaim yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa "tak ada indikasi" adanya personel militer atau sasaran militer di wilayah tersebut.

Dinas keamanan Ukraina mencurigai dua mantan warga negara Ukraina—yang membelot ke Rusia—memberi tahu militer tentang rencana serangan di Hroza.

BBC tidak dapat memverifikasi hal ini, akan tetapi ada beberapa kasus lain menunjukkan warga Ukraina yang tinggal di dekat garis depan dihukum karena memberikan informasi ke Rusia.

Dima (kanan) dan kakak perempuannya Daryna (kiri) kini diasuh oleh kakek mereka Valeriy Kozyr (tengah).BBC INDONESIA Dima (kanan) dan kakak perempuannya Daryna (kiri) kini diasuh oleh kakek mereka Valeriy Kozyr (tengah).
Sebelum perang berkecamuk, Dima menjalani kehidupan normal layaknya remaja kebanyakan. Dia tinggal bersama orangtuanya, menghabiskan waktu bersama teman, sesekali asyik dengan ponselnya dan kerap kali bertengkar dengan saudara perempuannya.

Kini, sambil berdiri di sebuah permakaman di pinggiran desanya, Dima menatap karangan bunga berwarna cerah yang menutupi kuburan orangtua dan kakek-neneknya dari pihak ayahnya.

Tanah kuburan itu masih tampak basah dan makam mereka masih tanpa batu nisan.

Foto-foto wajah mereka yang sedang tersenyum ditempel di salib kayu.

Tak banyak orang yang berkunjung ke permakaman ini.

Hroza, desa tempat Dima tinggal, sangat dekat denan perbatasan Rusia dan pertempuran sening sedang terjadi di sekitar Kupyansk, yang berjarak sekitar 30 km.

Bunga berwarna biru dan kuning—warna nasional Ukraina—tampak mencolok di antara batu-batu nisan. Keheningan di pemakaman ini hanya terusik oleh suara ledakan di kejauhan.

Setelah kematian orangtuanya, dalam keadaan hancur dan berduka, Dima dan saudara-saudara perempuannya kini diasuh oleh kakek nenek dari pihak ibunya.

Baca juga: Kisah Gadis Cilik Hind Rajab di Gaza, Sempat Memohon Diselamatkan, Dicari, lalu Ditemukan Tewas

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com