Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Hroza, Desa yang Dihuni Anak-anak Yatim Piatu Ukraina

"Saya masih belum bisa memahami sepenuhnya," kata remaja laki-laki berusia 16 tahun itu kepada saya.

"Kini saya bertanggung jawab atas rumah kami," ujarnya kemudian.

Dia menambahkan bahwa dia merasa sangat kasihan pada adik bungsunya.

"Sebelum ini terjadi dia tak suka kalau saya memeluknya. Sekarang dia ingin memeluk saya sepanjang waktu."

Pada Oktober 2023, sebuah rudal menghantam sebuah kafe di Hroza, menewaskan 59 orang – seperlima dari total populasi desa tersebut.

Sedikitnya satu kerabat dari tiap keluarga yang tinggal di desa itu berkumpul di kafe itu untuk menghadiri upacara pemakaman seorang warga desa yang menjadi sukarelawan tentara Ukraina.

Banyak dari mereka yang meninggal adalah orang tua, jadi kini Hroza dikenal sebagai desa yatim piatu.

Serangan terhadap kafe itu menjadi insiden paling mematikan bagi warga sipil Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia dimulai pada 24 Februari 2022.

Rusia tak penah secara langsung menanggapi serangan ini, meskipun media pemerintah mengatakan bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan terhadap sasaran militer di wilayah tersebut.

Adapun Ukraina mengatakan, tak ada sasaran militer di Hroza, sebuah klaim yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa "tak ada indikasi" adanya personel militer atau sasaran militer di wilayah tersebut.

Dinas keamanan Ukraina mencurigai dua mantan warga negara Ukraina—yang membelot ke Rusia—memberi tahu militer tentang rencana serangan di Hroza.

BBC tidak dapat memverifikasi hal ini, akan tetapi ada beberapa kasus lain menunjukkan warga Ukraina yang tinggal di dekat garis depan dihukum karena memberikan informasi ke Rusia.

Kini, sambil berdiri di sebuah permakaman di pinggiran desanya, Dima menatap karangan bunga berwarna cerah yang menutupi kuburan orangtua dan kakek-neneknya dari pihak ayahnya.

Tanah kuburan itu masih tampak basah dan makam mereka masih tanpa batu nisan.

Foto-foto wajah mereka yang sedang tersenyum ditempel di salib kayu.

Tak banyak orang yang berkunjung ke permakaman ini.

Hroza, desa tempat Dima tinggal, sangat dekat denan perbatasan Rusia dan pertempuran sening sedang terjadi di sekitar Kupyansk, yang berjarak sekitar 30 km.

Bunga berwarna biru dan kuning—warna nasional Ukraina—tampak mencolok di antara batu-batu nisan. Keheningan di pemakaman ini hanya terusik oleh suara ledakan di kejauhan.

Setelah kematian orangtuanya, dalam keadaan hancur dan berduka, Dima dan saudara-saudara perempuannya kini diasuh oleh kakek nenek dari pihak ibunya.

"Begitu banyak orang yang tewas karena serangan itu. Desa itu tiba-tiba kosong," ujar Valeriy, kakek Dima yang berusia 62 tahun.

"Rasa sakitnya tak akan pernah terlupakan," katanya kemudian.

"Pikiran saya memahami apa yang terjadi, tapi hati saya masih tak dapat memercayainya."

Dia kemudian menunjukkan foto terakhir putrinya, Olga, dan suaminya Anatoliy.

"Mereka sangat mencintai satu sama lain," tutur Valeriy.

"Tapi Olga berkata, 'Tidak, Anatoliy sayang, kita akan mati di hari yang sama', layaknya dia bisa meramal masa depan," kata Valeriy sambil mengusap mata agar air matanya tak jatuh.

Valeriy menggambarkan dampak serangan pada Oktober silam sebagai "film horor yang dipercepat".

Dia bergegas mencari putrinya, tapi tak berhasil. Seorang perempuan yang bersama putrinya ketika dia meninggal berkata padanya: "Kata terakhirnya adalah: 'Saya ingin terus hidup.'"

Valeriy dan istrinya, Lubov, kemudian mengadopsi Dima, beserta kakak perempuannya, Daryna yang berusia 17 tahun, dan adik perempuannya, Nastya, yang berusia 10 tahun.

"Cucu-cucu saya harus tinggal bersama saya, di sini. Saya tak bisa membiarkan keluarga ini terpecah," tuturnya, seraya menambahkan bahwa dia khawatir jika dia tak mengasuh mereka, cucu-cucunya akan berakhir di panti asuhan.

Kendati mengaku bahwa mengasuh cucu-cucunya tak selalu mudah, Valeriy mengatakan mereka selalu ada satu sama lain selama masa sulit ini.

"Dima sangat membantu di kebun dan memelihara babi milik keluarga," ujarnya.

"Daryna belajar memasak dan Nastya sangat baik hati."

Akibatnya, kakek-nenek atau kerabat lainnya mengambil alih merawat anak-anak tersebut agar mereka tak dikirim ke panti asuhan.

Banyak orang yang tinggal di desa itu masih dihantui dengan apa yang terjadi.

"Saya tak akan pernah melupakan pemakaman, ketika anak-anak ini berdiri termangu dan kesepian, saling berpegangan satu sama lain," ujar Diana Nosova, salah satu warga desa.

"Hati saya terpukul."

Setelah serangan, sejumlah yatim piatu memutuskan mengungsi ke daerah lain yang lebih aman.

Di antara mereka adalah Vlad (14), yang tinggal di Ukraina bagian barat bersama bibinya setelah ibu, kakek, paman, dan sepupunya yang berusia delapan tahun meninggal dunia akibat serangan itu.

"Saya sangat merindukanmu," ujarnya kepada neneknya, Valentyna, lewat panggilan video.

"Saya juga," jawab sang nenek.

Valentyna (57) memutuskan tetap tinggal di Hroza meski kehilangan sebagian besar anggota keluarganya dalam serangan itu, termasuk suami, anak perempuan, anak laki-laki dan seorang cucu.

Saya mengajaknya berjalan keliling desa tempat dia tinggal sepanjang hidupnya. Segalanya berbeda sekarang, akunya.

"Ini tempat yang sangat menakutkan sekarang," ujarnya kepada saya ketika kami berjalan melewati reruntuhan bangunan yang menjadi sasaran serangan rudal Oktober silam.

"Ini sangat sulit. Ketika mengetahui anak-anak Anda tergeletak di tanah. Mereka meninggal di sini."

"Semakin banyak waktu berlalu, semakin buruk yang saya rasakan. Saya tak punya siapa-siapa. Hampir tak ada yang selamat."

Valentyna mengatakan prioritasnya sekarang adalah cucunya. Dia ingin cucunya mendapat pendidikan yang layak.

Dia sering melakukan panggilan video dengan cucu tersayangnya dan membiayai kelas tambahan.

Namun yang terpenting, menurut Valentyna, dia ingin Vlad aman dan merasa tenang Vlad kini tak lagi berada di wilayah Kharkiv.

Namun, seiring dengan perang yang terus berkecamuk, wilayah tersebut terus menjadi sasaran serangan drone, bom, dan rudal Rusia.

Kembali ke rumah Dima, kakak perempuannya memasang foto mendiang orangtua mereka di dinding rumah.

Seiring mereka mencoba membangun kembali kehidupan mereka, kakek mereka Valeriy tetap bersikap positf: "Semua baik-baik saja," ujarnya.

Ini mungkin hanya angan-angan saja, karena akhir perang belum tampak dan Rusia sedang mengumpulkan lebih banyak pasukan di kota terdekat, Kupyansk.

Namun, terlepas dari semua yang terjadi di sini, Valery berkukuh untuk tetap optimis.

"Jika saya melihat cucu-cucu saya baik-baik saja, mereka tersenyum, saya merasa lega," tuturnya.

"Selama Anda masih hidup, Anda harus punya harapan."

Laporan tambahan oleh Dmytro Vlasov dan Helen Devlin.

https://www.kompas.com/global/read/2024/02/25/102843570/kisah-hroza-desa-yang-dihuni-anak-anak-yatim-piatu-ukraina

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke