Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Demo Rompi Kuning di Perancis

Kompas.com - 22/01/2024, 08:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP,Reuters,NPR

PARIS, KOMPAS.com - Demo rompi kuning (yellow vest protests) di Perancis pecah pada 17 November 2018 setelah Presiden Emmanuel Macron berencana menaikkan pajak bahan bakar minyak (BBM) untuk mendanai pengembangan energi ramah lingkungan.

Aksi unjuk rasa ini awalnya diikuti para sopir yang mengenakan rompi bervisibilitas tinggi untuk memprotes minimnya anggaran rumah tangga kelas menengah, kemudian disusul pekerja kerah biru yang mengalami hal serupa.

Selama hampir sebulan terjadi di seluruh Perancis, demo rompi kuning diperkirakan diikuti 136.000 demonstran saat akhir pekan serta 280.000 orang pada minggu-minggu sebelumnya, menurut Kementerian Dalam Negeri Perancis.

Baca juga: Sedang Ada Banyak Demo di Jerman, Ini Penyebabnya

Kronologi demo rompi kuning di Perancis

Massa unjuk rasa rompi kuning saat kembali turun ke jalanan di Kota Paris pada Sabtu (5/1/2019).AFP/OLIVIER MORIN Massa unjuk rasa rompi kuning saat kembali turun ke jalanan di Kota Paris pada Sabtu (5/1/2019).
Di Perancis, para sopir dan pengendara motor wajib membawa rompi kuning keselamatan-dikenal sebagai gilets jaunes-selama berkendara.

Awalnya, peserta demo rompi kuning adalah orang-orang dari pedesaan yang harus berkendara jarak jauh dalam aktivitas hariannya. Mereka mengaku tidak mampu menanggung kenaikan harga BBM.

NPR melaporkan, para pedemo merasa pendapatannya terlalu rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup jika harga BBM naik.

Tuntutan awal mereka adalah penghapusan pajak ramah lingkungan atas solar, ada juga yang menginginkan upah minimum (sekitar 1.350 dollar AS (Rp 21 juta) per bulan) dinaikkan.

Beberapa di antaranya meminta pembubaran Majelis Nasional dan mengadakan pemilu baru, bahkan ada yang meneriakkan “Macron mundur!”

Demo rompi kuning dimulai di provinsi-provinsi Perancis kemudian menyebar ke Paris. Saat akhir pekan, unjuk rasa berujung ricuh disertai kerusuhan di sepanjang Avenue des Champs Elysees yang terkenal.

Toko-toko juga dijarah, sejumlah bangunan rusak, dan ada bentrokan dengan polisi.

Namun, mayoritas pedemo rompi kuning yang memblokade jalan adalah pengunjuk rasa damai.

Baca juga: Polisi Israel Bubarkan Paksa Demo Anti-perang di Tel Aviv

Polisi anti huru-hara Perancis memblokade para anggota massa gilets jaunes (Rompi Kuning) dengan gas air mata terlihat di Champs-Elysees, Paris, Perancis, pada 8 Desember 2018.AFP/LUCAS BARIOULET Polisi anti huru-hara Perancis memblokade para anggota massa gilets jaunes (Rompi Kuning) dengan gas air mata terlihat di Champs-Elysees, Paris, Perancis, pada 8 Desember 2018.
Menurut otoritas Perancis, sebagian besar kekerasan dan vandalisme dihasut oleh kaum anarkis yang dikenal sebagai casseurs yaitu perusuh, preman, dari kelompok ultrakiri dan ultrakanan.

Sebanyak empat orang tewas dalam demo ini, tiga di antaranya karena kecelakaan lalu lintas akibat penghalang yang ditempatkan pedemo di jalan.

Kemudian, satu korban tewas lainnya adalah perempuan lansia berumur 80 tahun di Marseille karena wajahnya terkena gas air mata saat menutup jendela apartemen ketika ada demo di bawah.

Polisi Paris kemudian menahan 380 orang setelah kerusuhan. Total kerusakan diperkirakan mencapai 3,4 juta dollar AS (Rp 53 miliar).

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com