Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Apa Itu Demo Rompi Kuning di Perancis

Aksi unjuk rasa ini awalnya diikuti para sopir yang mengenakan rompi bervisibilitas tinggi untuk memprotes minimnya anggaran rumah tangga kelas menengah, kemudian disusul pekerja kerah biru yang mengalami hal serupa.

Selama hampir sebulan terjadi di seluruh Perancis, demo rompi kuning diperkirakan diikuti 136.000 demonstran saat akhir pekan serta 280.000 orang pada minggu-minggu sebelumnya, menurut Kementerian Dalam Negeri Perancis.

Awalnya, peserta demo rompi kuning adalah orang-orang dari pedesaan yang harus berkendara jarak jauh dalam aktivitas hariannya. Mereka mengaku tidak mampu menanggung kenaikan harga BBM.

NPR melaporkan, para pedemo merasa pendapatannya terlalu rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup jika harga BBM naik.

Tuntutan awal mereka adalah penghapusan pajak ramah lingkungan atas solar, ada juga yang menginginkan upah minimum (sekitar 1.350 dollar AS (Rp 21 juta) per bulan) dinaikkan.

Beberapa di antaranya meminta pembubaran Majelis Nasional dan mengadakan pemilu baru, bahkan ada yang meneriakkan “Macron mundur!”

Demo rompi kuning dimulai di provinsi-provinsi Perancis kemudian menyebar ke Paris. Saat akhir pekan, unjuk rasa berujung ricuh disertai kerusuhan di sepanjang Avenue des Champs Elysees yang terkenal.

Toko-toko juga dijarah, sejumlah bangunan rusak, dan ada bentrokan dengan polisi.

Namun, mayoritas pedemo rompi kuning yang memblokade jalan adalah pengunjuk rasa damai.

Sebanyak empat orang tewas dalam demo ini, tiga di antaranya karena kecelakaan lalu lintas akibat penghalang yang ditempatkan pedemo di jalan.

Kemudian, satu korban tewas lainnya adalah perempuan lansia berumur 80 tahun di Marseille karena wajahnya terkena gas air mata saat menutup jendela apartemen ketika ada demo di bawah.

Polisi Paris kemudian menahan 380 orang setelah kerusuhan. Total kerusakan diperkirakan mencapai 3,4 juta dollar AS (Rp 53 miliar).

Macron berada di Buenos Aires, Argentina, untuk menghadiri KTT G20 saat demo rompi kuning berujung ricuh.

Setelah kembali ke Paris pada Minggu pagi, ia langsung menuju Arc de Triomphe dan mengadakan pertemuan dengan para menteri terkait.

Menteri Dalam Negeri saat itu mengatakan, pemerintah sedang mempertimbangkan mengumumkan keadaan darurat.

Dikutip dari kantor berita AFP, Macron yang mulanya kesulitan merespons kemudian berusaha mengendalikan situasi dengan membatalkan kenaikan pajak bahan bakar.

Presiden termuda sepanjang sejarah Perancis itu juga menganggarkan 10 miliar euro (Rp 170,33 triliun) untuk memotong pajak dan meningkatkan pendapatan.

Macron pun berkeliling negeri untuk mendengarkan rasa frustrasi para pemilih dalam debat di balai kota guna meredam gejolak demo rompi kuning di Perancis.

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/22/082418870/mengenal-apa-itu-demo-rompi-kuning-di-perancis

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke