Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Ledakan Iran, Irak Bersiap Tutup Misi Koalisi Pimpinan AS

Kompas.com - 06/01/2024, 13:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

BAGHDAD, KOMPAS.com - Pemerintah Irak sedang memulai proses untuk mengusir koalisi militer internasional yang dipimpin AS dari negaranya.

Hal ini disampaikan kantor Perdana Menteri Mohammed Syiah al-Sudani pada Jumat (5/1/2024).

AS memiliki 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak dalam sebuah misi untuk memberi saran dan membantu pasukan lokal untuk mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah sebelum akhirnya dikalahkan.

Baca juga: Presiden Iran Hadiri Pemakaman Korban Bom ISIS

Dilansir dari Reuters, pernyataan Sudani ini muncul sehari setelah serangan AS menewaskan seorang pemimpin milisi di Baghdad.

Serangan memicu kemarahan di antara kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran yang menuntut pemerintah untuk mengakhiri kehadiran koalisi di Irak.

"Pemerintah menetapkan tanggal dimulainya komite bilateral untuk menyusun rencana mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen," demikian pernyataan dari kantor perdana menteri.

Komite tersebut akan mencakup perwakilan dari koalisi militer, kata seorang pejabat pemerintah.

Militer AS melancarkan serangan sehari sebelumnya sebagai pembalasan atas serangan-serangan yang terjadi baru-baru ini terhadap personil AS, kata Pentagon.

Kelompok-kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran di Irak dan Suriah menentang kampanye Israel di Jalur Gaza dan menganggap AS ikut bertanggung jawab.

PM Irak Sudani memiliki kendali terbatas atas beberapa faksi yang didukung Iran, yang dukungannya ia butuhkan untuk memenangkan kekuasaan setahun yang lalu dan yang sekarang membentuk blok yang kuat dalam koalisi pemerintahannya.

Baca juga: ISIS Klaim Dalang Bom Bunuh Diri Dekat Makam Jenderal Iran Qasem Soleimani

"Kami menekankan posisi tegas kami untuk mengakhiri keberadaan koalisi internasional setelah pembenaran atas keberadaannya berakhir," kata Sudani seperti dikutip dalam pernyataannya.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan di Iran pada Kamis (4/1/2024) yang menewaskan hampir 100 orang dan melukai sejumlah orang di sebuah acara peringatan untuk komandan tertinggi Qassem Soleimani.

Seorang penasihat politik yang dekat dengan perdana menteri Irak mengatakan bahwa Sudani mendapat tekanan besar dari partai-partai Syiah yang kuat yang dekat dengan Iran yang ingin mengakhiri kehadiran AS di Irak.

Pernyataannya baru-baru ini ditujukan untuk menenangkan partai-partai yang marah dalam koalisi Syiah yang berkuasa melawan AS.

Namun, masih belum jelas apakah pengumuman Baghdad itu hanya merupakan sikap untuk tujuan politik internal.

Baca juga: Turkiye Tangkap 189 Tersangka Terkait ISIS

Masih jadi pertanyaan apakah komite yang baru diumumkan itu akan benar-benar menggerakkan proses yang tak terhindarkan untuk mengakhiri kehadiran militer Amerika di Irak.

Hal ini sendiri telah lama diinginkan oleh Iran dan kelompok-kelompok yang didukung oleh Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com